Mesastila Rails To Trails adalah event lari trail pertama yang saya ikuti.
Selama ini kalau ada event lari yang saya ikuti, selalunya diadakan di jalan raya, roadrace event, dari yang event offline sampai yang virtual run, dari kategori 5K sampai ke Full Marathon 42,25K, karena memang selama ini saya tidak pernah tertarik dengan event lari trail yang kayaknya berat banget tantangannya, oleh karenanya saya juga sebelum-sebelumnya selalu menolak tiap ajakan trekking di bukit-bukit sampai akhirnya saya luluh dan malah ketagihan dengan kegiatan trekking ini.
Dulu pernah nyoba registrasi event trail 10K Papandayan Trail Run, namun karena pandemic akhirnya event tersebut dibatalkan, sampai waktu berlalu, sementara pandemic covid-19 juga belum tahu kapan akan berakhir, saya mulai jenuh dengan aktivitas lari di jalan raya, event lari juga banyak yang dibatalkan atau dimundurkan ke waktu yang lain, aktivitas lari saya ikut berimbas, tidak serutin sebelumnya karena sekalian persiapan berbagai event lari yang saya ikut,
Sampai akhirnya saya mulai mencoba trekking dan rupanya menyenangkan sampai beberapa kali ikut trekking daripada lari di jalan raya.
Berawal dari obrolan dengan teman tentang postingan event lari di jalur kereta api di Ambarawa, saya fikir ini sebuah event yang menarik karena berlari dijalur yang tidak biasa, ditambah jalur perkampungan penduduk, perkebunan dan persawahan serta jalur yang naik turun seperti yang saya lihat di youtube mereka.
Akhirnya kami sepakat untuk ikut event tersebut, sebagai uji kemampuan saya dari beberapa trekking yang sudah dilakukan, karena dari beberapa trekking tersebut, dengan jarak dan waktu tersebut, saya rasa saya mampu menyelesaikannya.
setelah disepakati tentang transport dan akomodasi, akhirnya jadilah kami berangkat.
Sabtu, 12 Maret 2022, saya sengaja naik kereta api pagi dengan alasan saya ingin menikmati perjalanan pagi menggunakan kereta, karena selama ini saya selalu menggunakan transportasi kereta pada malam hari dan sampai tujuan masih gelap sehingga saya tidak bisa menikmati pemandangan diluar selaman perjalanan, cukup membosankan ber-jam2 duduk di kereta.
Saya memilih keberangkatan jam 07:05 pagi dari setasiun Gambir dan tiba di setasiun tujuan Semarang Tawang pukul 12:45, kemudian dengan menggunakan sepeda motor yang sudah kami pesan sehari sebelumnya, saya bersama teman saya melanjutkan perjalanan menuju Mesastila Resort and Spa yang ada di Kota Ambarawa untuk mengambil racepack dan mengikuti briefing tentang acara besok pagi, saya lihat di goggle map berjarak sejauh 55Km dengan estimasi jarak tempuh selama 1 jam 30 menit.
Saya tidak terlalu lama di Mesastila karena harus segera menuju penginapan yang ada di Kota Ambarawa di Griya Katalina yang berjarak sektar 15 KM, yang berdekatan dengan lokasi wisata rohani Gua Maria Kerep, setelah itu saya meninjau lokasi start di Museum Kereta Api Ambarawa dan keliling kota Ambarawa yang tidak terlalu luas sekalian mencari makan malam.
Minggu, 13 Maret 2022, saya sudah bersiap untuk mengikuti event lari, segala keperluan sudah disiapkan, start lari dimulai pukul 06:30, kalau di Jakarta mungkin start jam segitu sudah siang kali yah, tapi pagi ini udara masih sangat sejuk.
Berlari di sepanjang jalur kereta api rupanya cukup merepotkan karena langkah kaki kita tidak bisa teratur seirama karena harus menyesukaikan dengan jarak bantalan kereta api yang sering tidak sama ditambah kerikil disepanjang jalur kereta api.
Di beberapa titik para pelari akan melewati jembatan yang tidak terlalu panjang, selain itu jalur rel kereta api ini tidak semuanya utuh, sebagian masih terlihat bentukan rel kereta api yang masih bisa digunakan, sebagian lagi para pelari akan berlari di jalur kereta api yang sudah dipenuhi dengan semak belukar.
Di jalur lari ini juga saya menemukan jalur kereta api tanjakan, dimana bentuk rel nya mendapat tambahan satu “batang” lagi ditengah yang dikhususkan untuk trek menanjak agar laju kereta tetap stabil.
Saat berlari pun saya juga akan melewati jalur yang diatasnya sudah menjadi jalan umum atau diatasnya sudah didirikan bangunan tempat tinggal, di sebagian jalan yang lain saya juga menyaksikan jalur kereta api yang menggantung, sepertinya tanah dibawahnya sudah tergerus sehingga jalur rel dibiarkan menggantung dan tidak bisa dimanfaatkan.
Jalur kereta api ini dulunya adalah jalur kereta api komersial, namun karena perkembangan zaman sebagian jalur ini sudah tidak digunakan lagi secara teratur kecuali untuk keperluan kereta api wisata dengan menggunakan kereta uap dan membawa 2-3 gerbong kayu seperti yang nampak di video klip Negeri di Atas Awan Katon Bagaskara.
Ada dua setasiun pemberhentian kereta yang dijadikan sebagai water station, Setasiun Djambu dan Setasiun Bedono yang masih sangat terawat dengan baik meskipun sudah tidak digunakan lagi.
Dan jalur rel kereta api tersebut adalah jalur berlari saya di 11 KM pertama, 5 KM berikutnya saya akan melewati perumahan penduduk, ladang perkebunan dan persawahan milik penduduk sampai finish di Mesastila Resort and Spa, total sejauh 16 KM.
Saat melewati Kawasan pemukiman penduduk, jalur berlari naik turun konturnya, naik turunnya lumayan curam jadi tetap kurang nyaman juga untuk dibawa berlari, seperti ada satu tanjakan yang sangat menantang yang mengingatkan saya akan tanjakan di KM 35 event lari Borobudur Marathon, yang pernah ikut lari Boroboudur Marathon kategori Full Marathon pasti akan mengingat ini.
Waktu menunjukkan pukul 09 pagi lewat sedikit ketika saya sampai di garis finish Mesastila Rails to Trails, total waktunya adalah 2 jam 35 menit dari batas maksimal waktu berlari yang ditentukan selama 4 jam, sementara target saya adalah 3 jam karena memang untuk senang-senang saja.
Senang rasanya bisa menyelesaikan event lari trail pertama saya ini, jadi penasaran pengen coba event trail yang lebih jauh lagi jaraknya sekalian melatih kaki untuk tetap terbiasa bergerak.
Setelah istirahat yang cukup, jam 2 siang saya balik ke Semarang menggunakan motor dengan jarak tempuh yang kurang lebih sama dengan saat berangkat ke Ambarawa, keberangkatan kereta saya masih lama lagi jam 3 senin dini hari, saya juga tidak terlalu ingin kemana-kemana saat di Semarang, jadinya lebih banyak istirahat di dalam kamar hotel.
Teman saya menjadwal ulang kepulangan menjadi lebih awal karena senih pagi ada pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi sebelum mengantar ke setasiun saya sempatkan mampir ke Lawang Sewu yang ada di Simpang Lima, rencananya mau foto diatas loteng bangunan, tapi rupanya pintu aksesnya ditutup, sehingga saya dan teman hanya foto-foto di dalam bangunan saja. Setelah mengantar teman ke setasiun, saya kembali ke penginapan.
Senin, 14 Maret 2022, jam 1 dini hari saya sudah berada di setasiun Semarang Tawang, sengaja berangkat lebih awal karena khawatir ketinggalan kereta karena tertidur di penginapan.
Jam 3 dini hari, kereta api Dharmawangsa berangkat menuju setasiun Pasar Senen Jakarta, saya juga memang sengaja memilih kereta dini hari dengan pertimbangan saya masih bisa istirahat di kereta dan menikmati pemandangan perjalanan kereta pagi hari.
Alhamdulillah kereta tiba di Setasiun Pasar Senen Jakarta tepat waktu jam 09:30 pagi dan perjalanan saya berakhir.
Komentar
Posting Komentar