Ini adalah cerita pengalaman
pertama saya berlari di kategori Full Marathon sepanjang hidup saya.
Awalnya saya berniat untuk
mengambil Virgin Full Marathon (VFM) di event Borobudur Marathon tanggal 17
Nopember 2019, saya sudah mempersiapkan itu jauh hari sebelumnya dengan
mengikuti panduan berlari Marathon secara bertahap melalui sebuah aplikasi
pencatat aktivitas lari, selain itu juga bertanya pada teman2 pelari yang punya
pengalaman di kategori Full Marathon, namun pada akhir bulan September 2019
saya berpindah tempat kerja dari Balikpapan ke Jakarta yang rupanya kantor yang
di Jakarta berencana pindah gedung kantor yang semula di daerah Gatot Subroto
ke kawasan SCBD, dilalah rencana kepindahan tersebut bersamaan waktunya dengan
pelaksanaan event Borobudur Marathon, membuat galau diri saya, apakah menunda
Virgin FM di tahun berikutnya mengingat event Borobudur Marathon adalah event
lari terakhir tahun ini yang membuka kategori Full Marathon dan tahun depan
baru ada berbulan-bulan lagi diadakan, atau mempercepat pelaksanaan VFM ke
event lari terdekat.
Saya berdiskusi dengan beberapa
teman pelari apakah saya menunda atau mempercepat VFM saya, karena kebetulan
sekali event Jakarta Marathon tinggal 3 hari lagi, dan saya harus segera
memutuskan apakah percepat atau tunda.
Mengingat jumlah setoran lari dan
catatan waktu lari yang sudah saya lakukan untuk persiapan FM ini sudah
mencukupi, bertanya dengan teman pelari yang sudah berpengalaman di kategori
FM, akhirnya saya memutuskan untuk membeli slot lari kategori FM Jakarta Marathon,
salah satu pertimbangannya selain penjelasan diatas juga karena saya tidak
ingin kehilangan moment semangat berlari saya untuk bisa berlari lebih jauh
lagi atau finish Full Marathon sebelum tahun berganti.
Orang bilang cuaca di Jakarta
yang panas sangat menantang pelari untuk menaklukan lintasan jalur Full Marathon,
belum lagi polusi dan kendaraan yang sangat banyak yang pada akhirnya para
pelari akan berlari beriringan dengan lalu lalang kendaraan di Jakarta yang
seringnya tidak patuh pada aturan, menjadi tantangan tersendiri. Yang pelari FM
pengalaman saja sudah menjelaskan demikian, bagaimana dengan saya yang baru
akan menikmati jalur berlari Full Marathon? Kita lihat nanti …
Hari sabtunya, saya sengaja
memesan penginapan dekat lokasi berlari, agar persiapan saya semakin baik dan
tidak ter-buru2 apabila saya baru berangkat dari rumah, mengingat start untuk
kategori FM adalah pukul 04:30, itu sekitar 30 menit setelah adzan subuh
berkumandang.
Sabtu siang saya sudah berada di
penginapan, menyamankan diri bersitirahat, sesampai di kamar, saya
berkomunikasi dengan teman2 sambil bertukar cerita tentang kostum lari apa yang
akan dipakai nanti, salah satunya adalah sepatu, saya bilang akan menggunakan
sepatu yang baru sekitar 30 KM jauhnya saya pakai untuk berlari, dan itupun
dibuat dalam bentuk 3x 10KM, anggaplah baru dibanding dengan beberapa sepatu
lari saya yang lain yang sudah mempunyai jarak berlari yang lebih jauh dan usia
sepatu yang lebih tua dari sepatu yang saya bawa dan akan saya pakai untuk Jakarta
Marathon ini.
Namun rupanya teman2 memberi
pertimbangan agar memakai sepatu lari yang sudah benar2 nyaman di kaki saya,
selain itu saya baca di artikel bahwa memang sebaiknya jangan menggunakan sepatu
lari yang belum terlalu lama di pakai, atau aksesoris yang belum pernah dipakai
untuk menghindari ketidaknyamanan saat berlari nanti, mengingat jarak berlari
yang sangat jauh.
Akhirnya saya putuskan saat itu
juga pulang ke rumah untuk mengganti sepatu lari saya dengan sepatu yang selalu
saya gunakan untuk berlari, untungnya hari masih belum terlalu sore dan jarak
ke rumah tidak terlalu jauh, setelah itu saya kembali ke penginapan, sesampai
di penginapan saya bertemu dengan Susan, runner dari Sukabumi yang juga ikut Jakarta
Marathon ini, namun dia mengambil kategori Half Marathon.
Malamnya setelah shalat isya dan
makan malam, saya menyamankan diri saya, tidur lebih awal sehingga punya waktu
istirahat cukup untuk berlari besok pagi.
Besok paginya sekitar jam 02:45
pagi saya sudah bangun, mandi dan berkostum yang sudah saya siapkan malam
harinya, aksesoris wajib yang saya selalu bawa adalah kacamata hitam, botol
air, energy gel dan earphone untuk mendengar music saat berlari, tidak lupa
seluruh kaki saya olesi dengan salonpas kream, seyelah semuanya siap, memesan
ojek online menuju lokasi, jarak penginapan saya sekitar 10 menit berkendara
motor menuju Gelora Bung Karno, sesampai disana jam 03:30, lalu berJalan kaki
menuju musholla untuk shalat subuh, saya memang sengaja datang lebih awal
pertimbangan tidak terburu2 menuju garis start mengingat yang akan menunaikan
shalat subuh pasti banyak sementara ruangan yang disediakan terbatas, pukul 04
pagi adzan berkumandang, segera kami menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah
dan setelah itu segera menuju lintasan garis start. Sebelum start dimulai teman
runner saya, Opiet, memberi saya supplement yang katanya bisa menjaga stamina
tetap terjaga. Sebelumnya saat masih di penginapan saya memakan 1-2 buah pisang
untuk menjaga agar perut tidak kosong saat berlari.
Pukul 04:30 pagi start kategori
Full Marathon, start berJalan dengan mulus, dalam perlarian di KM2 awal saya
bertemu dengan beberapa pelari yang sudah saya kenal, terus berlari sampai
dengan 5 KM pertama Jalan masih datar, start dari GBK, lalu lalu keluar
melewati Jalan Pemuda, lalu belok kiri ke arah Slipi, terus lagi sampai di
perempatan berbelok ke kanan menuju Tomang, lurus terus sampai perempatan
Harmoni, dihitung sudah berjarak sekitar 10 KM.
Dari perempatan Harmoni belok
kiri terus lurus melewati Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Glodok ke arah
setasiun Kota, lalu memutari kawasan Kota Tua, melewati Museum Mandiri, Museum Bank
Indonesia, Museum Seni Rupa, Museum BNI 46 lalu bertemu kembali dengan Setasiun
Kota Tua. Sepanjang Jalan cuaca masih sejuk, kendaraan belum terlalu banyak
karena memang masih pagi sekali, jadi masih cukup nyaman untuk berlari.
Dari Setasiun Kota Tua, pelari
kembali melewat Glodok, Hayam Wuruk dan Gajah Mada sampai perempatan Harmoni,
saat melewati daerah Gadjah Mada ini betis mulai timbul gejala kram, tetapi
masih hilang timbul, saya masih mampu berlari.
Dan saya tetap berlari terus
sampai perempatan Harmoni dari sana belok kiri melewati Jalan Ir H Juanda ke
arah Pasar Baru, sesampai di Gedung Kesenian, belok kanan menuju Kawasan
Lapangan Banteng yang bersebelahan dengan Gereja Katedral dan Mesjid Istiqlal,
saat di daerah Lapangan Banteng, jalur lari berbelok ke kiri menuju arah SMA
Budi Oetomo, setelah itu memutar balik ke arah Lapangan Banteng, lalu melewati Kementerian
Luar Negeri di Jalan Pejambon dan akhirnya bertemu dengan Setasiun Gambir yang
berseberangan dengan Gereja Imanuel dan Galeri Nasional, lurus terus sampai
bertemu dengan Patung Tugu tani, semua pelari berputar menuju Jalan Menteng Raya.
Kaki masih lumayan nyaman saat itu untuk berlari.
Saat di kawasan Lapangan Banteng
saya bertemu dengan pelari yang sama2 pertama kali mengambil kategori Full Marathon,
istilah dikalangan pelari adalah Virgin Full Marathon, Sendy Pratama, beberapa
kali kami beriringan berlari, kadang saya lebih dulu di depan, kadang teman
yang lebih dulu di depan secara bergantian.
Dari kawasan Menteng Raya, pelari
menuju Jalan Cikini Raya sampai melewati Setasiun Cikini, Gedung Metropole,
belok kiri ke arah Salemba dan para pelari berlari di kawasan Salemba dan Menteng
yang sejuk dan asri, kebetulan sekali cuaca hari itu tidak panas seperti yang
di khawatirkan, karena beberapa hari terakhir di Indonesia terutama di beberapa
kota, cuaca sangat panas sekali, termasuk Jakarta, sehingga para pelari
diingatkan akan adanya cuaca yang sangat panas melebihi panas biasanya.
Mulai di daerah Salemba dan Menteng
inilah, kaki sudah benar2 tidak bisa di ajak berlari, tiap kali kaki diajak
berlari, beberapa puluh meter kemudian otot2 betis mulai menyerang kram,
sehingga terpaksa berhenti berlari dan berganti dengan power walk, berJalan
kaki dengan langkah yang cepat, begitu terus bergantian antara berlari sebentar
dan power walking.
Kini saya sudah memasuki kawasan Jalan
HR Rasuna Said Kuningan, Jalan yang membuat ingatan saya kembali ke suasana
berlari saat event lari Milo 10K, kaki sudah benar2 tidak bisa diajak berlari,
berJalan cepat pun rasanya sudah tidak secepat yang saya harapkan, namun saya
tetap semangat, sesekali saya melihat jam tangan saya untuk melihat progress
lari saya dan waktu tempuh yang sudah saya selesaikan, dari kawasan Kuningan
estimasi perkiraan masih sekitar 12 KM lagi sampai finish, masih ada waktu yang
cukup buat saya bisa menyelesaikan tantangan berlari ini, sudah tidak ada lagi
pelari yang saya kenal sepanjang lari.
Saya terus berJalan cepat karena
kaki sudah tidak bisa berlari, saat berJalan cepat itu, tiba2 paha kiri saya
yang bagian dalam seperti mulai gejala kram, mulai terasa keras dan sakit,
secara bersamaan juga betis2 saya mulai keras dan sakit, saya coba tahan dan
mulai mengendurkan kecepatan berJalan saya dan bahkan sempat berhenti sebentar
karena sakit sekali. Pelan2 saya santaikan diri saya, nyamankan kaki saya
dengan harapan sakit2 tersebut segera hilang.
Dan Alhamdulillah cara saya
berhasil, segala sakit yang tadi saya rasakan berangsur hilang, saya sudah bisa
berJalan kembali dari pelan dan kembali lebih cepat.
Tidak terasa jarak tempuh tinggal
5KM lagi, dan saya sudah senang sekali karena sudah berada di ujung perempatan kuningan
tinggal berbelok ke kiri menuju Jalan Gatot Subroto, sebagai lintasan terakhir,
target waktu 6 jam sudah lewat, tidak apa saya fikir, yang penting dan yakin
saya bisa finish tidak melebihi batas waktu yang ditentukan, maksimal 7 jam.Namun
ternyata masih harus melewati tanjakan satu lagi setelah melewati terowongan
under pass Mampang, setelah melewati tanjakan lalu berputar sebentar untuk
kembali ke Jalan Gatot Subroto, jam sudah menunjukkan pukul 10:45, saya fikir
saya harus segera menyelesaikan lomba ini, saya kuatkan semangat saya untuk
tetap berlari, sepanjang Jalan sudah banyak komunitas lari yang memberi
semangat menyemangati para pelari terutama mereka yang tergabung dalam
komunitas tersebut seperti terasa mendapat tambahan semangat lagi, apalah saya
yang hanya seorang pelari sendiri yang tidak punya komunitas sehingga saya
harus benar2 memberi semangat buat diri saya sendiri, meyakinkan saya agar bisa
menyelesaikan tantangan lari ini.
Di KM2 terakhir beberapa kali
saya lihat pelari yang mengerang kesakitan, entah karena heat stroke, atau
karena kaki yang sakit atau kram yang sangat menyakitkan, mereka menangis
kesakitan sekaligus sedih karena tinggal sedikit lagi akan selesai namun mereka
terpaksa harus berhenti.
Tak henti-hentinya saya selalu
berdoa, membaca shalawat, menenangkan diri sambal terus berJalan cepat agar tetap
diberi semangat menyelesaikan.
Tanda petunjuk KM 41 berada di Jembatan
Semanggi sudah dilewati, papan petunjuk KM 42 di sekitar Gedung JCC sudah dilewati dan kini pelari
sudah mulai berbelok ke kiri ke Jalan Gerbang Pemuda, sambutan sorak sorai
sudah mulai terasa lebih ramai, di penghujung lari teman saya Susan menyambut
saya, menemani saya berlari menuju garis finish, saya mencoba kembali berlari
kecil2, namun sebentar saya berlari kaki sudah kembali sakit, seratus meter
lagi sudah selesai, gerbang finish sudah sangat tampak di depan mata, saya
kuatkan saya paksakan kaki untuk berlari sampai garis finish.
Alhamdulillah akhirnya saya bisa
menyelesaikan tantangan berlari Full Marathon ini dengan selamat, strong dan
bahagia, catatan waktu di jam tangan saya menunjukkan pukul 11 siang, yang
berarti saya menyelesaikan tantang berlari Full Marathon selama 6 jam 27 menit,
masih batas aman dari batas maksimal berlari selama 7 jam.
Rasa haru menyeruak dalam diri
saya, menangis tertahan sambil berJalan untuk menerima medali dan jersey
finisher. Teman pelari, Ibenk datang menyambut saya, memberi selamat dan
memeluk saya karena melihat saya terharu.
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa
menyelesaikan tantangan berlari kategori Full Marathon dengan suasana
menyenangkan, sesuatu yang dulu tidak terbayangkan oleh saya bisa berlari
sampai sejauh itu. Pengalaman berlari sampai sejauh itu menjadi cerita
tersendiri buat saya untuk diceritakan, terpisah dari cerita tentang pengalaman
berlari sebelum-sebelumnya.
Begitulah pengalaman saya dalam
menyelesakan tantangan berlari sejauh 42,195 KM, Full Marathon, sebuah jarak
berlari yang tidak pernah terbayangkan dari saya yang bisa saya selesaikan, dan
Allah memberi saya nikmat sehat sehingga saya bisa menyelesaikan tantangan
berlari ini.
Sambil menulis ini, sesekali saya
masih menitikan air mata haru mengingat pengalaman itu.
Komentar
Posting Komentar