Weekend ke Pasar Lok Baintan di Banjarmasin
Jantung saya
berdebar dengan keras tatkala melihat penujuk waktu di tangan sudah menunjukan
pukul 17:20 dan saya baru sampai di parkiran Bandara Sepinggan, sementara
boarding jam 17:30, bergegas setelah menyelesaikan proses pembayaran ke driver
gojek, setengah berlari saya menuju ke counter check-in yang ternyata berada di
ujung lorong ( 100 meter jaraknya dari arah pintu masuk yang saya lewati),
ketika saya melewati papan pengumuman jadwal keberangkatan pesawat, terbaca
oleh saya, penerbangan ke Banjarmasin sudah masuk panggilan boarding, daaaaaan,
Alhamdulillah ternyata konter check-in masih dibuka.
"Lekas ya, Pak"!,
petugas mengingatkanku untuk segera menuju ke pesawat, setelah selesai di
proses screening sambil bilang jadwal pesawat saya sudah boarding, lancar,
namun sekali lagi saya harus setengah berlari karena lagi2 gate-nya ada di
ujung, lorong proses screening ada di depan gate 4, sementara gate penerbangan
saya ada di gate 11.
Pesawat sudah
menunggu dan penumpang terakhir adalah saya, seperti yang sudah saya duga, kali
ini saya akan naik pesawat jenis ATR-72-600 wings air, penerbangan akan memakan
waktu sekitar 1 jam. Pukul 6 sore lewat beberapa menit, pesawat lepas landas,
penerbangan mulus dan akhirnya saya tiba di Bandara Syamsudin Noor di Kota Banjar
Baru sekitar pukul 7 sore WIB, rupanya Kalimantan Selatan masuk zona waktu
Indonesia Barat, sementara Balikpapan dan Kalimantan Timur masuk zona waktu
Indonesia Tengah.
Saat merencanakan
perjalanan di Banjarmasin, saya sudah mencari tahu terlebih dahulu bagaimana
transportasi selama di sana, terutama dari dan ke bandara, spt bandara di
Indonesia pada umumnya, transportasi dari bandara ke kota, didominasi oleh
taksi yang sudah dikelola oleh perusahaan tertentu dan biasanya mereka mematok
tarif yang mahal, bagi sebagian orang, terutama untuk penyuka jalan2 seperti
saya yang solo traveler, tarif tersebut dirasa sangat mahal.
Menurut informasi
yang ada, tarif taxi dari bandara Syamsudin Noor ke Kota Banjarmasin, mereka
mematok harga Rp 120.000.- dan itu harga bisa berubah lebih tinggi lagi jika
kita tidak mengetahui sebelumnya atau mereka yang sangat membutuhkan segera,
menjadi lahan buat para driver.
Namun demikian
tetap saja ada celah buat kita mencari alternative transportasi dari bandara,
namun dengan sedikit pengorbanan, dari artikel seorang traveller dijelaskan
bahwa jika ingin mencari transportasi yang murah, saya harus keluar dulu dari
bandara, berjalan kira2 200-300 meter dari pintu gerbang bandara, dan kita akan
menjumpai trasnportasi online dengan mudah.
Saya mengikuti
petunjuk yang ada di artikel tersebut, saya sengaja menolak setiap tawaran
sopir taksi yang menawarkan jasa berbayar mereka, jam sudah menunjukan pukul 7:30
malam, saya menuju pintu keluar bandara, belok kiri dan berjalan terus, sesuai
petunjuk saya harus berjalan menuju arah bundaran jalan dan disana bakal ada
angkot ( angkutan kota ) namun orang sana bilang taksi kuning karena nomor
polisi untuk transportasi umum memang berwarna kuning.
Tidak sampai saya
di bundaran, saya coba iseng membuka aplikasi ojek online dan ternyata ada satu
pengemudi yang nampak, segera saya pesan dan angka di aplikasi menujukkan harga
Rp 41.000.- untuk sekali perjalanan dari Bandara ke penginapan saya di pusat
kota Banjarmasin, kalau saya buka google map, jaraknya lumayan jauh untuk
ukuran orang sini, sekitar 25 KM, jarak yang dulu biasa saya tempuh menggunakan
kendaraan motor roda dua saat masih bekerja di Jakarta, jarak dari rumah saya
di Ciputat Tangerang Selatan ke kantor saya di Pecenongan Gambir Jakarta Pusat,
berjarak 25 KM.
Tidak lama
kemudian, sang driver menelpon saya mengkonfirmasi apakah saya pemesan ojek
online atau tidak dan saya mengiyakan sambil menyebutkan sebuah tempat dimana
saya berdiri saat itu, dan sang driver mengarahkan saya agar berjalan sedikit
lagi ke tempat dia, karena beralasan tempat saya berdiri saat itu masih belum
aman buat para driver taxi online untuk mengambil sewa mereka.
Di telepon juga
sang driver meminta saya untuk meng-cancel pesanan saya secara online dan
meminta saya memesan secara manual dengan harga sedikit lebih tinggi, saya
fikir harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal dan akhirnya kami sepakat,
driver membawa saya ke penginapan di Airy Sungai Martapura yang tidak terlalu
jauh dari Kantor Walikota Banjarmasin di pusat kota Banjarmasin, perjalanan
menggunakan sepeda motor memakan waktu tempuh sekitar 40 menit.
Selama perjalanan
saya bertanya sedikit tentang situasi kota Banjarmasin, dan driver yang
kebetulan seorang anak muda menjawab pertanyaan saya plus d tambah informasi
tambahan yang menarik sekaligus ditunjukkan beberapa lokasi menarik sepanjang
jalan yang kami lewati.
Alhamdulillah
langit cerah malam itu sehingga perjalanan menjadi lancar.
Sesampai di
penginapan, sambil membaca artikel tentang pasar terapung, memastikan kembali
kemana esok hari akan pergi, apakah ke pasar terapung yang lokasinya lebih
jauh, atau ke pasar terapung buatan pemerintah kota yang lokasinya ada di
tengah kota, melhat destinasi lain yang ada di Banjarmasin, jarak dan waktunya.
Timbang fikir
akhirnya saya memutuskan esok hari akan ke Pasar Terapung yang ada di Lok
Baintan yang lokasinya sekitar 40 menit perjalanan dengan menggunakan
transportasi online, apapun yang saya dapat saat itu.
Esok subuh saya
sudah bersiap, pertama saya pesan go-car, berhasil didapat, sang sopir
menelepon saya dan memberitahu bahwa medan perjalanan sangat berat karena
jalannya banyak yg rusak, dia meminta bayaran lebih, karena saya belum tau
bagaimana situasi selama perjalanan saya beritahukan ke driver bahwa saya
menolak system manual yang ditawarkan dan terpaksa saya cancel pesanan saya.
Kemudian saya coba
pesan dengan gojek, masuk pesanan saya dan sang driver langsung menyanggupi
pesanan saya, dan dia juga penasaran ingin tahu bagaimana situasi disana karena
kebetulan meski orang asli sana tapi belum pernah kesana. Alhamdulillah jadilah
kami berangkat ke Lok Baintan.
Jarak tempuh
sekitar 16-20 km, tapi rupanya setengah perjalanan medan jalannya rusak dan
sempit, kami yang menggunakan motor sangat ber-hati2 agar jangan sampai jatuh
atau tergelincir.
Melihat perjalanan
yang ditempuh dan situasi yang ada, saya bertanya kepada driver gojek, apakah
nanti d sana ada driver gojek yang akan menanti saat saya akan kembali nanti,
driver bilang mudah2an ada driver yang stand by d sana, atau kalau pun tidak
ada, driver merekomendasikan saya untuk ikut bergabung dengan mereka yang sudah
charter perahu klotok dan membawa ke tengah kota.
Driver menurunkan
saya di dermaga perahu di Desa Lok Baintan yang ada di dekat jembatan gantung
dengan nama yang sama, kebetulan sekali saat itu ada penduduk local yang
berprofesi sebagai driver gojek yang hendak ke kota, saya disarankan untuk
memesannya, saya bilang saya akan kembali sekitar 2-3 jam kembali, dan driver
mengiyakan.
Saat itu pukul 6
pagi dan hari masih agak gelap, kami sepakat akan kembali ke kota sekitar jam 8
pagi.
Dari dermaga saya
harus naik perahu klotok untuk mencapai kumpulan para penjual di atas perahu,
jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh, namun demikian tetap harus menggunakan
perahu untuk mendekati mereka, tarif perahu klotok untuk satu kapal yang
berkapasitas bias mencapai puluhan orang, dipatok sebesar Rp. 100.000.- saja
pulang pergi dan ditungguin selama kita menikmati suasana.
Tidak butuh waktu
lama, saya akhirnya berada di kumpulan ibu2 penjual yang ada di atas sampan
tepatnya, secepat itu pula mereka datang berkerumun mendekati kapal saya dan
saya menjadi bingung harus bagaimana karena secepat itu pula mereka sangat
agresive menjajakan barang dagangan mereka bahkan sampai naik ke atas perahu
saya.
Terus terang saya
tidak bisa melayani permintaan mereka untuk membeli barang dagangan yang mereka
tawarkan yang didominasi buah2an dan makanan kering, sampai akhirnya seorang
ibu muda menolong saya, mengajak saya untuk ikut naik diatas sampan yang
dimilikinya, dan tidak lama kemudian saya tenggelam dalam keriuhan suasana
jualan diatas sampan di sungai Martapura.
Selama di atas
sampan, kita akan melihat banyaknya perahu penjual yang didominasi oleh ibu2 yang
menjual aneka kebutuhan se-hari2, terutama kebutuhan untuk pagi dan siang hari,
ada buah2an, sayuran, soto banjar, menu sarapan nasi kuning, kue2, ikan darat
dan sebagainya.
Nampak beberapa
kelompok turis local yang datang dengan kapal charter masing2 dan saya melihat
ada beberap turis asing yang juga menikmati keramaian pagi ini di tengah sungai
martapura. Tanpa kita sadari sebenarnya kami berputar terbawa arus kemana
aliran air berjalan saat itu, dan itu saya tidak sadari, Ibu Niah memberitahu
saya bahwa kita terbawa arus, tapi jangan khawatir, arus disini hanya aliran
air biasa saja, bukan arus yang berbahaya.
Keriuhan memang
tidak berlangsung lama, hanya sampai sekitar jam 8 lewat, aktivitas sudah mulai
sepi, di saat saya hendak kembali ke kapal yang besar, saya bertemu dengan
turis asing yang berasal dari jerman, bertukar cerita sebentar kemudian kami
berpisah, kembali ke dermaga awal saya berangkat.
Jam sudah
menunjukan pukul hampir jam 9 pagi, saya harap2 cemas sang driver gojek sudah
meniggalkan saya, namun Alhamdulillah driver tetap menunggu saya dan siap
membawa saya kembali ke pusat kota, tidak lupa saya sempatkan berfoto di
jembatan Desa Lok Baintan.
Sampai di
penginapan saya beristirahat sebentar dan siap berjalan lagi setelah jam
istirahat siang.
Setelah istirahat
yang cukup, setelah makan siang, kunjungan pertama saya yaitu ke Mesjid Sabilal
Muhtadin yang ada di tepi sungai Martapura untuk menunaikan shalat duhur jamak
dengan shalat ashar, setelah itu kami, perjalanan kali ini saya ditemani oleh
warga local Banjarmasin atas rekomendasi dari teman yang pernah berkunjung ke
Banjarmasin sebelumnya.
Setelah dari
Masjid Sabilal Muhtadin yang merupakan masjid terbesar di Kota Banjarmasin,
kami menuju lokasi pasar terapung buatan yang ada di seberang masjid, kebetulan
hari sudah sore, tepatnya ba’da ashar, sudah mulai ramai dengan pengunjung yang
berdatangan memadati lokasi, kami turun ke bawah melihat suasana lebih dekat
dan mencoba mencicipi cemilan khas banjar berupa kue beras yang diberi pilihan
kuah gula cair atau kuah kari.
Tidak jauh dari
situ kami mencoba menikmati suasana pasar terapung siring Banjar dengan mengikuti
tour singkat menggunakan perahu dengan tarif per penumpang Rp. 5.000.- start
dimulai dari patung bekantan kemudian melewati jembatan, lalu pasar siring
Banjar, menara pandang siring sampai di ujung jembatan berikutnya memutar balik
kembali ke tempat semula.
Menjelang maghrib
kami menuju Menara Pandang siring Banjar yang tidak terlalu tinggi dengan
berjalan kaki dari patung bekantan melewati pasar terapung siring yang tidak
terlalu jauh.
Setelah hari mulai
gelap, saya kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Hari ini, Minggu adalah
hari terakhir saya di Banjarmasin, kemarin kami sepakat akan mengunjungi
beberapa tempat lagi di Banjarmasin sebelum saya balik ke Balikpapan.
Kunjungan pertama
adalah ke Museum Wasaka yang juga masih dalam satu garis tepian Sungai
Martapura, Wasaka kependekan dari Waja Sampai Kaputing yang berarti Tetap
Semangat Bagai Baja dari Awal Sampai Akhir. Museum Wasaka ini berisi foto2 para
pahlawan lokal Kalimantan Selatan dan juga sejarah perjuangan penduduk
Kalimantan Selatan, terutama Suku Banjar dalam melawan penjajahan Belanda saat
itu, dilengkapi dengan beberapa benda sejarah, bangunan museum merupakan
bangunan bersejarah berupa rumah asli Suku Banjar, koleksi benda museum belum
terlalu banyak dan sederhana, namun ditampilan secara menarik sehingga pengunjung
dapat melihat seluruh ruangan.
Selesai dari
museum, kami berencana ke masjid bersejarah, Masjid Sultan Suriansyah,
kebetulan sekali saat itu masih merupakan minggu dimana masa kampanye lokal dan
juga aktivitas penduduk yang padat sekali saat itu membuat jalan2 yang kami
lalui terlihat padat, macet dimana-mana, sempat kami menemui kesulitan
mendapatkan taxi online karena rupanya lokasi kami agak jauh dari jalan raya
yang ramai yang juga para pengemudi taxi online jarang lewat sana, namun
setelah menunggu beberapa lama dengan kesabaran akhirnya kami berhasil
mendapatkan taxi online yang membawa kami ke Mesjid Sultan Suriansyah.
Masjid Sultan
Suriansyah ini juga berada di tepi Sungai Martapura, konstruksi bangunan
didominasi oleh kayu asli Kalimantan yang terkenal kuat dengan warna cat juga
dominasi berwarna hijau yang menambah ciri khas dari masjid itu sendiri.
Kesulitan taxi
online kembali kami alami, karena lokasi masjid juga berada diluar jalur
peminatan taxi online, selain itu kepadatan lalulintas saat itu menambah
sulitnya kami menemukan taxi online, sekali lagi dengan kesabaran kami akhirnya
ada taxi online yang bersedia mengambil kami untuk keluar dari sana dan kembali
ke tengah kota.
Setelah tiba di
kota, kami mampir untuk makan siang yang terlambat di Rumah Makan Sambal Acan
Raja Banjar dengan sambal khas berupa potongan2 kulit nangka bagian dalam yang
digoreng, Sambal Mandai namanya dan saya kembali ke hotel untuk beristirahat karena
perjalanan hari ini yang melelahkan.
Setelah semuanya
selesai, saatnya saya check out dan menuju bandara menggunakan taxi online
untuk penerbangan kembali ke Balikpapan. Perjalanan weekend di Banjarmasin
berakhir …..
Ini org yg sama kita temui kmrn itu bkn siy? Gak apal(lupa) wajahnya...he.he
BalasHapusya, orang yang sama hahahaha
Hapus