Solo Traveling Eropa Balkan - Sarajevo, Bosnia Herzegovina
Lanjutan dari Beograd, Serbia ...
Sekitar jam 7 pagi, saya sudah
berada di Central Bus Station Beograd di seberang penginapan saya, bus akan
berangkat ke Sarajevo pukul 8 pagi, lama perjalanan sekitar 7-8 jam perjalanan,
sebelumnya kemarin sore saya sudah menanyakan lokasi bus yang akan berangkat ke
Sarajevo untuk menghindari kebingunan besoknya.
Setelah menyiapkan bekal sarapan,
sambil menunggu bus datang, saya menukarkan sisa uang Dinar saya menjadi Euro
karena saya tidak menggunakan uang Dinar lagi, tidak lama setelah itu jam sudah
menunjukkan pukul 7:45, saatnya saya masuk ke dalam peron, saya perhatikan
setiap orang yang akan masuk ke dalam peron membayar dengan koin yang saya
perhatikan tidak jauh berbeda warna dan bentuknya dengan uang logam Dinar
senilai 50, dengan santai saya masuk ke peron dan menyerahkan uang logam ke
petugas, namun tidak lama petugas melihat uang logam yang saya berikan berbeda,
saya minta dimana perbedaannya, petugas tersebut menunjukan uang logam yang
dimaksud, barulah saya mengerti bahwa untuk masuk ke dalam peron adalah orang
yang benar2 membeli tiket, saat membeli tiket, petugas tiket akan memberikan
coin uang logam tadi untuk diberikan kepada petugas tersebut, saya tidak
mempunyai coin tersebut karena saya membeli tiket secara online, saya
menanyakan ke petugas dimana saya harus mendapatkan coin tersebut, ditunjukkan
oleh petugas lokasinya dan segera saya membeli coin tersebut yang harganya
sekitar 130 Dinar, lebih mahal dari uang logam yang tadi saya kira, terpaksa
saya kembali menukarkan uang Euro saya untuk ditukarkan dengan Uang Dinar
karena mereka tidak menerima transaksi dengan Euro, karena terburu2 bus akan
segera berangkat, karena bus di eropa semuanya on time, saya tidak sempat lagi
menukarkan sisa uang dinar ke Euro. Saatnya berangkat ……..
Perjalanan darat dari Serbia ke
Bosnia, kita akan melewati dua pos imigrasi, saat tiba di pos imigrasi Serbia,
petugas imigrasi akan naik ke atas dan mengambil satu per satu paspor penumpang
sambil melakukan pengecekan jumlah penumpang, setelah selesai, paspor
dikembalikan lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Bosnia.
Saat tiba di Pos Imigrasi Bosnia
yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Pos Imgrasi Serbia, petugas kembali
masuk ke dalam bus dan mengambil paspor masing2 penumpang dan dikembalikan
setelahnya.
Proses di kedua pos imigrasi
tidak memakan waktu terlalu banyak, kecuali ada penumpang yang oleh petugas
masih diperlukan informasi lebih banyak dan itu biasanya akan memakan waktu
lebih lama.
Selama perjalanan bus hanya
sekali berhenti di rumah makan, karena sopir dan keneknya hendak sarapan,
sepertinya tempat ini adalah tempat singgah bus2, namun karena masih pagi dan
kebetulan penumpang tidak terlalu banyak, dan sepertinya penumpang sudah
menyiapkan bekal sarapan masing2, bus kembali melanjutkan perjalanan. Sepanjang
jalan kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan, persis seperti
jika kita melihat di film2, terutama selepas dari Pos Imigrasi Bosnia, benar2
memanjakan mata, rumah2 dengan cerobong asap, sungai yang jernih, bukit2 yang
hijau, udara yang sejuk dan segar.
Setelah melewati perjalanan
sekitar 7 jam, tibalah di Kota Sarajevo, dari atas sudah terlihat dengan jelas
keindahan Kota Sarajevo yang berada di lembah diantara dua bukit, pemandangan
sungguh memikat jika kita melihat dari atas, tidak salah jika pada masa perang
Bosnia kemarin, Kota Sarajevo menjadi sasaran empuk serangan dari tentara
Serbia, karena jika Sarajevo sudah terkepung, mereka tidak bisa kemana2, namun
keajaiban Allah tetap saja ada.
Bus saya berhenti di Centrino Bus
Station, Sarajevo, berada pinggir kota Sarajevo, sebenarnya ada satu lagi
Central Bus Station yang berada di tengah kota, tetapi sepertinya bus yang dari
Serbia semua berhenti di Centrino Bus Station ini.
Sebelum berangkat ke Eropa, saya
sebelumnya sudah membaca artikel tentang Bosnia, terutama penggunaan mata uang,
informasi yang saya dapat jika saya turun di Centrino Bus Station, terdapat
tempat penukaran uang yang berada di dalam mall yang terletak tidak jauh dari
setasiun bus, saya ikuti petunjuknya namun ternyata disana tidak ada tempat
penukaran uang, baik konter money changer ataupun mesin semacam ATM yang saya
temui saat tiba di Bandara Beograd Serbia.
Saya coba bertanya ke penduduk
local disekitar mall tetapi mereka tidak mengetahuinya, lalu saya coba kembali
jalan ke setasiun, ada toko roti, fikir saya nanti saya bisa beli makan disana
sekalian menukarkan uang Euro saya ke dalam Mark Bosnia, namun ternyata
penjualnya memberitahu jika mereka tidak meneima pembayaran dengan mata uang
selain Mark, saya tanyakan dimana letak money changer, dia bilang ada di mall
besar sebelah setasiun, saya coba ke mall tersebut meski harus berjalan ratusan
meter, namun sesampai disana lagi2 saya tidak menemukan money changer/ATM,
kebetulan ada seorang anak muda dengan ibunya, dan saya bertanya ke mereka,
mereka bisa berbahasa inggris dengan baik, dan menunjukan lokasi bank terdekat
tempat dimana saya bisa menukarkan uang Euro saya.
Segera saya menuju bank tersebut
dan Alhamdulillah saya akhirnya bisa mendapatkan mata uang Mark Bosnia dan
segera kembali ke setasiun dimana saya menitipkan koper kecil saya di toko roti
tadi. nilai tukar mata uang Mark Bosnia terhadap Rupiah saat itu adalah 1 Mark
Bosnia senilai Rp 8.200,-
Setelah selesai makan, saya
beranjak ke halte bus terdekat untuk naik bus menuju penginapan saya di daerah
kota tua Sarajevo, Bascarcija. Naik bus nomor 1, turun di Austrija Square, dari
situ saya berjalan kaki melewati Jembatan legendaris Latinka Birdge, lalu
sekitar 10 menit kemudian sampai di Vensa Hostel yang sudah saya pesan melalui
booking.com. sepanjang jalan dari halte menuju lokasi penginapan, saya melewati
kawasan pemukiman penduduk yang kebanyakan tinggal di apartemen, dan nampak
beberapa tembok apartemen banyak yang rusak oleh terjangan peluru saat perang
Bosnia kemarin dan tetap dibiarkan begitu menjadi saksi sejarah.
Vensa Hostel terletak di pinggir
jalan yang sempit namun, ramai, dilalui banyak kendaraan dan juga trem, saya
pencet tombol pemberitahuan, namun ternyata tidak berfungsi, saya coba cek
pintunya juga digembok rapat dan terlihat seperti lama tidak dibuka, saya coba
jalan sekeliling namun tetap juga tidak ketemu pintu masuk.
Saya ke penginapan sebelah,
kebetulan ada staff disana, saya beritahu ke dia jika saya kesulitan akses ke
hostel Vensa, staff tersebut mencoba membantu namun dia juga tdk menemukan
akses masuk, saya diajak masuk ke penginapannya dan mencoba bantu menelepon
staff hostel Vensa, namun penjelasan dia terdapat masalah pada komunikasi dan
internet sehingga pihak vensa hostel tdk dpt memberi informasi, saya ditawari
oleh staff tersebut untuk menginap di penginapannya dan saya cek kamarnya
lumayan bagus karena kebetulan penginapan yang belum lama dibuka, semua masih
bau barang baru, setelah negosiasi mengenai harga akhirnya saya sepakat untuk
menginap disitu, daripada saya mencari penginapan lain yang belum tentu didapat
dan sesuai harganya. Namanya Passenger Guest House, terletak persis di sebelah
Hostel Vensa yang sampai sekarang saya masih bingung kenapa akses masuknya
tidak dapat diketahui.
Selesai beres2, kebetulan hari
masih terang, dan saya manfaatkan untuk berjalan2 sebentar disekitar
penginapan, pertama sekali saya kembali ke Latinka Bridge yang saya bilang
legendaris, Latinka Birdge ini merupakan tempat terjadinya pembunuhan keluarga
ningrat Frans Ferdinand dan istrinya dari Serbia yang menjadi pemicu terjadinya
Perang Dunia I, karena pembunuhan tersebut ber-efek pada hubungan diplomatic
negara2 terkait dan meluas sampai negara2 sekutu masing2. Pemandangan disekitar
jembatan tersebut juga sangat indah, terutama di sore hari.
Dari situ saya juga melihat
Gedung Parlement, beberapa gedung bersejarah dan nampak dari kejauhan seperti
nampak bangunan seperti istana atau puri, namun hancur bagian atapnya, menurut
penjelasan bangunan tersebut rusak akibat bom dan tetap dibiarkan demikian
sebagai bagian dari saksi bisu sejarah menyedihkan pembantaian muslim Bosnia
oleh tentara Serbia.
Memutar balik, saya sudah sampai
di kawasan Kota Tua Bascarsija yang terkenal dengan Sebilj, seperti monument
tapi menurut penjelasan dulunya adalah sebagai tempat mengambil air bagi
pedagang atau orang yang lewat disekitar situ, karena dulunya kawasan tersebut
adalah kawasan perniagaan pada masa Kesultanan Ottoman.
Saya keliling sebentar kawasan
itu sambil mencari informasi tour yang banyak berdiri café dan coffe shop serta
penjual souvenir aneka ragam, selanjutnya saya sempatkan shalat maghrib jamak
dengan isya di Mesjid Gazi Husrev-beg sebelum saya kembali ke penginapan karena
hari sudah gelap dan angin kencang semakin menambah dingin cuaca awal musim
semi.
Besok paginya setelah sarapan,
saya menuju Sarajevo Central Bus station untuk memastikan keberangkatan bus
saya besok hari, dari Sebilj saya naik Trem nomor 3A untuk turun di Central Bus
Station, dengan tiket pergi seharga 1.6 Mark atau sekitar Rp. 12.000-an, dekat
Central Bus juga ada Train Station dan berdiri Avaz Twist Tower yang katanya
bisa naik ke anjungan untuk melihat pemandangan Kota Sarajevo dari atas, namun
ketika saya sudah di depan gedung ada rasa seperti enggan naik keatas melihat
tidak banyak aktivitas orang disana selain aktivitas orang bekerja dengan
pakaian kerja kantoran.
Dan akhirnya saya urungkan naik
ke atas, saya melanjutkan perjalanan jalan kaki dari sana menuju National
Museum of Bosnia yang berjarak sekitar 500 meter, tiket masuk seharga 8 Mark,
kita diajak melihat sejarah Bosnia, namun saat didalam isinya tidak jauh
berbeda dengan Museum of Acrapolis di Athena yang berisi potongan2an patung
atau batu dan informasi sejarah jaman lampau, yang tadinya ekspektasi saya
berisi sejarah kerajaan Bosnia dimasa lalu.
Tidak lama saya disitu lalu saya
berjalan-jalan disekitar kawasan sana yang merupakan pusat kota Sarajevo,
terdapat Kedutaan Besar Amerika, dan beberapa bangunan berarsitektur indah
lainnya. Saya kembali ke penginapan sebentar mengambil jaket, cuaca cerah namun
udara masih dingin membuat saya yang sudah memakai kemeja berbahan flannel dan
kaos dalam tetap merasa kedinginan.
Makan siang saya kembali dengan
Kebab,namun kali ini Kebab-nya lebih berasa nikmat, harga terjangkau dan ukuran
cukup besar, cukup untuk membuat kenyang perut saya saat itu.
Selesai makan siang, saya
mengunjungi Museum Of Crimes Against Humanity and Genocide 1992-1995, loaksinya
masih di kawasan Kota Tua Sarajevo, tiket masuk seharga 10 Mark, museum ini
menyajikan peristiwa sejarah berdarah perang Bosnia, terutama pembantaian mengerikan
dan upaya penghapusan etnis Muslim Bosnia oleh tentara Serbia, foto2, cerita2
baik dalam bentuk tulisan atau video, bukti2 berupa pakaian2 dan barang2
terakhir milik korban disajikan secara rapih, saya baca satu per satu cerita
terakhir para korban lengkap dengan pakaian yang dikenakan saat ditemukan,
memorabilia dan sebagainya, selain itu juga kita akan melihat berbagai bentuk
alat penyiksaan dan diceritakan bagaimana bentuk penyiksaan yang dilakukan pada
saat itu, tidak dapat dibayangkan bagaimana semua ini bisa terjadi di zaman
yang sudah modern.
Selesai dari Museum, saya
berencana naik ke Yellow Bastion yang ada di seberang Sebilj, dari tempat saya
naik Trem, saya berjalan lurus dan jalannya naik secara perlahan, tidak jauh
saya sudah sampai di pemakaman umum tempat para korban perang Bosnia di
makamkan, di atas pemakaman itulah lokasi Yellow Bastion, dan akhirnya saya
berhasil naik keatas dan melihat pemandangan Kota Sarajevo yang indah dari atas
ketinggian. Di tengah pemakaman juga terdapat Makam Presiden Pertama Bosnia
Herzegovina, pemakaman disini semuanya bernuansa warna putih dengan penataan
yang sangat rapi dan terawat dengan baik, saya perhatikan satu per satu secara
random, rata2 yang dimakamkan disini adalah korban perang Bosnia “gelombang” pertama
tahun 1992.
Pemandangan dari atas benteng
sangat indah, karena musim semi, langit sangat cerah dan udara sangat bersih
sehingga pemandangan sangat luas terlihat. Sambil melihat2 dan mengambil foto,
tiba2 ada suara yang menawarkan saya untuk diambil fotonya dengan latar
belakang Kota Sarajevo, dengan senang hati saya terima tawarannya dan banyaklah
foto2 saya tercipta di atas benteng. Kami berkenalan, seorang anak muda dari
Russia, usianya masih sangat muda, 18 tahun atau setara dengan kelas Tiga SMU
kalau di Indonesia, namanya Konstanin Kezin, dan dia cukup dipanggil Kezin yang
akhirnya menjadi teman perjalanan saya selama berkeliling Kota Sarajevo, kami
menyusuri sudut Kota Tua dan lokasi lainnya sambil bertukar cerita.
Tidak terasa akhirnya matahari
mulai tenggelam, kami berpisah di Latinka Bridge karena Kezin akan melanjutkan perjalanan
kembali ke Kota Beograd dari Centrino Bus Station tempat saya pertama tiba
kemarin di Sarajevo dan saya pun kembali ke penginapan untuk istirahat dan
sempatkan untuk shalat maghrib dan isya plus membeli makan malam dan sarapan
untuk besok pagi.
Perjalanan di Sarajevo yang
singkat yang sebenarnya masih ingin saya rasakan sehari lagi harus berakhir,
besok paginya saya akan melanjutkan perjalanan ke Kota Kotor Dubrovnik, Croatia
….
Waduh...serem ya yang di Museum Genocide..
BalasHapusnggak serem, hanya menyedihkan karena tragedi kemanusiaan masih terjadi di zaman modern spt skrg
Hapus