Jam 7 pagi bus sudah tiba di
Termnial Bus Yazd, lokasinya sedikit diluar kota Yazd, sesuai petunjuk di blog,
saya harus naik taxi ke penginapan dengan tarif 150.000 riyal iran, kadang
mereka suka menuliskan angka dengan nominal lebih kecil seperti 150.000 menjadi
150, harap jangan terkecoh, karena angka 150 itu nilainya sama dengan 150.000
riyal, angka 150 mereka bilang 150 toman, nilai riyal dibagi 1.000, untuk
memudahkan mereka dalam penyebutan dan menulis angka, untuk menjadi panduan
saya apabila menemukan hal yang sama.
Kunjungan saya di Yazd hanya dua
hari satu malam, karena melihat destinasi wisata yang ada disana dan
ketersediaan waktu yang saya punya, saya fikir cukup dengan waktu segitu untuk
menjelajah kota Yazd. Beberapa destinasi wisata yang saya bisa kunjungi dengan
berjalan kaki dari penginapan antara lain Amir Chaqmag Square, Masjid Jamee
Yazd, Yazd Water Museum, Kawasan Kota Tua Yazd, ada beberapa destinasi lain
seperti Dolat Abad Garden, Fire Temple Zoroaster dan Silent Tower, tempat
meletakan jenazah pemeluk agama Zoroaster pada jaman dulu yang ada di atas
bukit, yang jenazah diletakan begitu saja dan dibiarkan menjadi santapan burung
Elang karena adanya kepercayaan mereka saat itu, namun karena kedua lokasi
tersebut relaitf jauh, saya skip tempat
tersebut dan memilih lokasi disekitar kota Yazd.
Tidak lama kemudian saya sudah
tiba di penginapan di Delane Behets Hostel, saya memilih type kamar dormitory
isi 8 orang dengan tarif 11 USD per malam, namun karena masih pagi dan belum
waktunya check in, saya belum diperbolehkan menempati kamar saya namun saya
sudah diperbolehkan menikmati sarapan pagi itu, sebelumnya saya minta izin
diperbolehkan untuk mandi membersihkan badan, setelah itu baru sarapan.
Sarapan paginya adalah menu
sarapan pagi traditional orang Iran, kurang lebih sama dengan saat di Turki,
berupa beberapa lembar potongan terigu gurih yang dibuat dengan cara dipanggang
diatas pasir panas, dengan toping aneka macam buah, keju, madu dan tidak lupa
secangkir teh manis.
Rupanya pagi itu saya satu2nya tamu lelaki, selebihnya
adalah sekumpulan mahasiswi dari Tehran, dan saat sedang sarapan seorang bapak
menyapa ramah dan mengajak berbincang kepada saya dengan bahasa inggrisnya yang
baik, memperkenalkan dirinya Meran, sambil menjelaskan bahwa beliau seorang tour guide yang sedang membawa rombongan
mahasiswi tersebut, setelah menjelaskan saya darimana dan apa saja yang saya
ingin lakukan selama di Yazd, tiba2 beliau menawarkan diri untuk mengantar saya ke
tempat yang tadinya tidak terfikir untuk kesana, dan Pak Meran bilang tidak perlu khawatir
untuk bayar, semuanya free ..... puji syukur Alhamdulillah, inilah salahsatu
bentuk keramahan orang Iran seperti yang sering saya baca di beberapa artikel
traveller.
Segera saya mempercepat sarapan
saya lalu mengikuti si bapak untuk mengantar saya ke tempat pertama yaitu Fire
Temple, lokasinya memang agak diluar kota Yazd, harus dengan taxi atau tour
untuk bisa menuju kesini, karena faktor itulah saya tidak sertakan dalam daftar
tujuan saya selama di Yazd, beliau mengantar saya sambil menjelaskan sejarah
tentang Fire Temple, dimana Fire Temple ini merupakan tempat suci pemeluk agama
Zoroasther atau Zoroastrian, atau dalam agama Islam munkin disebut dengan
Pemeluk Agama Majusi, yang menyembah api, karena memang Fire Temple ini
merupakan tempat dimana adanya Api abadi yang tidak pernah padam sejak ratusan
tahun yang lalu dan menjadi tempat yang dihormati oleh penganut agama
Zoroaster, dan di sekitar sana masih banyak warga yang memegang kuat ajaran
Zoroaster ini, kurang lebih seperti itu ceritanya, selebihnya informasi tentang
Zoroastrian ini bisa dilihat dari beberapa foto yang saya sertakan disini.
Tiket masuk ke Fire Temple 80.000 riyal iran.
Selepas dari Fire Temple beliau
menawarkan untuk mengantar saya ke Dolat Abad Garden, selepas dari situ beliau
menanyakan apakah ingin dijemput atau saya ingin pulang sendiri, karena rasa
sungkan, saya bilang saya akan mencoba mencari jalan pulang sendiri, dan beliau
memberitahu arah jalannya karena jalan yang akan dilalui berbelok-belok, tidak
lupa mengucapkan terima kasih, kami berpisah disitu dan saya masuk ke Dolat
Abad Garden.
Dolat Abad Garden ini taman yang
indah sebenarnya, yang bikin menarik adalah arsitektur bangunan tersebut berupa
bangunan segi lima dengan permainan mozaik kaca di dalamnya yang ketika terkena
sinar matahari memantulkan aneka warna yang indah, dan ditengah bangunan
terdapat tower dan fungsi dari tower ini adalah sebagai alat sirkulasi udara
dalam ruangan, kata orang sana wind catcher, keren banget.
Saat di dalam bangunan ada sekelompok
pelajar wanita iran yang menyapa saya dan mengajak berfoto bersama mereka,
meski hanya sekedar menyapa menanyakan nama dan darimana berasal karena
keterbatasan bahasa, terlihat sekali rasa senang mereka bisa berkomunikasi
dengan turis dari luar negeri.
Sekeliling taman terdapat aneka
macam tanaman bunga, namun pada saat itu hanya bunga mawar putih saja yang
sedang berbunga, selebihnya hanya tanaman biasa saja. Taman ini masuk dalam
warisan situs dunia UNESCO, dengan tiket masuk seharga 200.000 riyal menurut
saya tiket masuk yang sangat mahal, berbanding dengan apa yang ditawarkan,
wajar saja kalau tidak banyak pengunjung yang datang kesini.
Kebingungan terjadi ketika saya
hendak balik ke penginapan, petunjuk singkat yang diberikan oleh si bapak yang
ramah tadi hanya sampai diujung jalan, dan ketika sampai diujung jalan, saya
menemukan banyaknya percabangan dan saya seperti masuk ke dalam sebuah labirin
dengan bentuk jalan dan warna yang seragam, sempit dan coklat,
bangunan-bangunan ini termasuk dalam wilayah Kota Tua Yazd yang dilindungi
UNESCO karena keunikannya.
Saya benar-benar bingung mau
kemana, mau balik ke tujuan dan mencoba naik taxi saya tidak tahu harus bayar
berapa, takut dikasih mahal, mau melanjutkan perjalanan tapi saya benar-benar
buta wilayahnya, sambil terus berfikir dan waspada, saya tetap melanjutkan
perjalanan melewati labirin wilayah tersebut, bayangan memori menegangkan
kembali hadir dimana saat saya berkelana di Kota Edirne di Turki yang saat itu
saya melewati daerah penduduk yg menurut saya daerah kumuh.
Saya ikuti naluri saya, sambil
sesekali bertanya arah ke pusat kota, namun masalahnya jarang sekali ditemui
orang yang berjalan disekitar situ, ada beberapa mobil yang lalu lalang tapi
saya juga kurang nyaman jika sampai harus mencegat mereka karena kekhawatiran
saya diatas, waktu terasa berjalan lambat sekali karena kebingungan ditengah
wilayah tersebut.
Sambil mengamati wilayah, saya
mengambil beberapa foto wilayah tersebut dengan berhati-hati, sampai pada
akhirnya saya menjumpai beberapa orang yang sedang berkumpul, sambil membaca
doa, saya beranikan diri untuk bertanya kepada mereka arah jalan menuju pusat
kota, dan Alhamdulillah, meskipun dengan bahasa yang sangat terbatas, salah
seorang penduduk menjelaskan arah jalan yang harus saya lalui, yang saya ingat
orang itu menyebut kata mustaqim, mustaqim, dan saya paham kata mustaqim
berarti lurus, yang berarti saya harus lurus terus mengikuti jalan yang dia
maksud dan akan menemui beberapa belokan akan langsung ketemu jalan raya menuju
pusat kota.
Dan akhirnya saya menemukan jalan
raya yang ramai, lega hati sekali saat itu, dan dari kejauhan sudah nampak
bangunan Amir Chagmaq Square sebagai titik penanda perjalanan keliling saya di
Kota Yazd. Suasana hati lebih tenang, sambil menikmati kiri kanan jalan
aktivitas warga Kota Yazd yang sederhana namun teratur dan tertib. Jarak
sekitar 2 KM berjalan kaki seperti tidak terlalu jauh untuk saya nikmati.
Akhirnya saya tiba di Amir
Chaqmag Square, sebuah wilayah yang menjadi icon Kota Yazd, berupa bangunan
bertingkat lengkap dengan dua menara menyerupai masjid ditengahnya, katanya
bangunan ini memang dibangun untuk menghormati Amir Chagmaq, seorang Ulama yang
sangat dihormati, saya sempatkan berkeliling menikmati wilayah sekitar, disana
juga saya menemukan Yazd Water Museum dan Amir Chagmaq Mosque, seorang anak
muda Yazd yang dengan ramah menawarkan saya untuk difoto dengan latar belakang
Square saat saya sedang menikmati sekeliling sambil berfoto.
Setelah istirahat sebentar
menikmati lunch, saya mencari masjid untuk menunaikan shalat Duhur, rencana
sekalian dijamak dengan Ashar, dan setelah selesai shalat saya lanjutkan
mengunjungi Masjid Jami Yazd, bangunan ini memang masjid, namun karena ini
Masjid yang sudah berusia ratusan tahun, oleh pemerintah Iran sekaligus
dijadikan museum dan akibatnya setiap orang yang akan masuk ke dalam masjid
kecuali warga lokal, harus membayar tiket masuk. Menurut saya sesuatu yang
disayangkan jika harus masuk ke dalam masjid meskipun untuk beribadah harus
membayar tiket masuk, berbeda sekali saat saya berkunjung ke Turki, dimana
ketika saya masuk ke dalam masjid yang semuanya berasitektur indah, free of
charge, bahkan ke Blue Mosque di Istanbul yang menjadi icon pariwisata, namun
entah kenapa di Iran saya harus bayar tiket masuk, tapi tidak semua mesjid
melainkan hanya masjid2 yang dijadikan sebagai obyek wisata saja.
Saya hanya menikmati keindahannya
dari luar saja, karena secara sepintas, bentuk aristektur dan guratan kaligrafi
seni yang terukir disetiap bangunan hampir mirip dengan yang saya temui saat di
Turki. Jika di Turki saya rasakan semua bangunan lebih baik dalam hal
perawatannya meskipun tidak dikenakan biaya masuk, namun saat di Iran, meskipun
harus membayar tiket masuk namun saya bisa katakan perawatan bangunan
bersejarahnya masih kalah dibanding Turki, ini hanya sekedar perbandingan
singkat, mungkin juga bisa dimengerti mengingat Turki sudah sangat maju dalam
hal pengelolaan pariwisatanya yang sudah mendunia dibanding Iran yang saya
rasakan baru beberapa tahun mulai berdenyut kesadaran pariwisatanya.
Setelah dari masjid, karena hari
masih terang mengingat saat itu masih suasana musim semi dimana siang hari
lebih panjang daripada malam hari, saya buka-buka kembali map yang saya bawa,
dan saya menemukan beberapa lokasi wisata yang lokasinya agak membingungkan
namun saya fikir tidak ada salahnya saya kujungi, kapan lagi kalau tidak
sekarang, tetapi rupanya jalan yang harus dilalui adalah melewati jalan labirin
lagi, dengan petunjuk arah lokasi, saya ikuti terus sampai seperti tidak ada
habisnya, namun semakin jauh saya berjalan tidak juga saya temukan bangunan
yang dimaksud sampai akhirnya saya berhenti pada sebuah lingkungan taman dimana
saya melihat ada bangunan berbentuk kubah yang katanya ini adalah bangunan
penangkap angin, wind catcher, lengkap dengan beberapa menara disebelahnya.
Karena saya tidak juga menemukan lokasi-lokasi yang saya inginkan, karena
berjalan juga sudah cukup jauh, akhirnya saya putuskan balik lagi kembali ke
titik awal di Masjid Jami. Sepanjang jalan tersebut juga banyak saya temui
penginapan-penginapan yang menawarkan konsep penginapan traditional khas Iran.
Selesai dari Masjid Jami, saya
berniat kembali ke penginapan untuk istirahat sebentar sambil men-charge
handphone dan mencari sinyal wifi untuk komunikasi. Namun ketika sampai dimulut
gang jalan penginapan saya, ada pengumuman jalan ditutup karena ditengah jalan
akan diselenggarakan semacam acara untuk warga lokal, kata salah seorang
penduduk, mengatakan ada acara salah seorang warga yang menikah, mau nggak mau
saya harus mencari arah jalan lain menuju penginapan, lagi2 karena ini masih
dalam wilayah Kota Tua, jalan-jalan disana masih berbentuk labirin yang
membingungkan, karena sebenarnya jarak antara tempat acara tersebut dengan
lokasi penginapan saya tidak terlalu jauh, saya minta izin untuk bisa melewati
tempat tersebut dan Alhamdulillah diizinkan.
Sorenya setelah saya rasa sudah
cukup istirahat sebentar, batere hanpdhone juga sudah full, komunikasi juga
sudah selesai, rencana saya ingin menikmati suasana sore hari di Kota Yazd
sebelum besok paginya saya melanjutkan perjalanan ke Kota berikutnya, jalur
yang tadi saya lewati benar-benar sudah ditutup, dan saya akhirnya mencari
jalan alternatif mengikuti orang-orang yang jalan, dan yang tidak saya sangka,
ternyata jalan tembusnya itu di jalan menuju Masjid Jami, ternyata lokasi penginapan
saya sangat dekat dengan Masjid, yang selama ini saya harus memutar jalannya.
Baiklah.
Disepanjang jalan yang saya
lewati ada beberapa toko makanan yang menariknya banyak menawarkan aneka ice
cream, ice cream di Iran seperti menjadi makanan kesukaan warganya, karena
hampir disetiap kios ice cream ramai orang berkerumun untuk menikmati aneka
macam olahan ice cream atau jus dan semacamnya, tentunya tidak lupa juga saya
cicipin ice creamnya.
Saya mampir ke sebuah tempat
makan, rencana mau makan malam sebelum balik lagi ke penginapan, makanan yang
di jual menurut saya juga tidak terlalu istimewa, biasa saja, tetapi tidak ada
salahnya mencoba kuliner lokal.
Disaat menikmati makanan, ada
seorang anak muda, menyapa saya, menanyakan saya darimana dan sebagainya,
munkin dia tertarik karena tampilan saya yang berbeda dengan yang lainnya tapi
mau masuk ke dalam rumah makan warga lokal, akhirnya kami berbincang-bincang,
bahasa inggrisnya sangat baik, dia mengenalkan dirinya Reza yang bekerja pada
sebuah perusahaan konstruksi milik orang tuanya, kami berbincang-bincang
menikmati sore, Reza bercerita tentang kotanya yang tenang dan aman, dia
menyayangkan perjalanan saya yang begitu singkat di Yazd karena menurutnya
masih banyak tempat yang menarik di Yazd yang layak dikunjungi, saya bilang
suatu hari nanti saya akan kembali lagi untuk berkelana menikmati lebih lama
lagi disini, dan yang bikin tambah senengnya adalah saya ditraktir makan.
Tadinya dia menawarkan mengantar
saya ke penginapan dengan kendaraannya, tetapi saya bilang bahwa penginapan
saya cukup dengan berjalan kaki, tidak lupa mengucapkan terima kasih, akhrnya
kami berpisah disitu, saya melanjutkan menikmati suasana sore hari di Yazd
sebelum gelap, saya sempatkan mengambil foto dibeberapa tempat.
Waktu maghrib saat itu jam 8
malam, malam mulai datang, angin berhembus kencang, karena saya fikir tidak ada
lagi yang perlu saya lakukan, saya kembali ke penginapan dan shalat d
penginapan saja, kamar yang saya tempat rupanya hanya diisi oleh saya saja dari
kapasitas 8 orang, terasa sepi sekali namun memberi kenyamanan buat saya
bongkar-bongkar tas untuk mengatur ulang isi bawaan, ternyata hari itu belum
ada satu pun tamu yang menginap di kamar type dormintory.
Besok paginya saya check out, barulah
ada beberapa traveler yang baru datang, saya minta diantar dengan taxi ke Bus
Terminal, membeli Tiket ke Isfahan seharga 250.000 riyal untuk perjalanan
sekitar 5 jam.
Sampai berjumpa kembali di Kota
Isfahan.
Komentar
Posting Komentar