Jelajah Iran - Isfahan City
Sore itu saya tiba di Kota
Isfahan, bis berhenti di Terminal Bus Kaveh namanya, sesuai dengan petunjuk
dari beberapa traveller, kita harus tegas bersikap ketika banyak supir taxi
yang menawarkan membawa kita, karena kalau kita lengah, mereka akan menagih
kita dengan harga yang mahal padahal jaraknya tidak terlalu jauh, kalau saya
naik bus, tiket yang harus saya bayar adalah sebesar 10.000 riyal Iran,
sementara para supir taxi menawarkan harga mulai dari 70.000 riyal iran,
tadinya saya akan mencoba naik bus setelah beberapa supir taxi yang menawarkan
menolak dengan tarif yang saya sebutkan, namun dengan sedikit jual mahal
akhirnya ada juga supir taxi yang mau membawa saya ke hotel saya dengan harga
yang masih bisa ditoleransi ke Amir Kabir Hostel.
Sesampai di Hostel, saya disambut
oleh petugas resepsionis yang semuanya bapak2, namun mereka sangat ramah,
sebelumnya saya sudah melakukan konfirmasi tentang kedatangan saya melalui
aplikasi telegram tentang hal-hal yang harus saya perhatikan. Saya diantar ke
kamar saya type dormitory dengan harga 10 USD per kamar di kamar dormitory
untuk isi 5 orang dan diberikan welcome drink berupa teh manis hangat dan beberapa
potong terigu panggang khas yang gurih.
Setelah beres2 dan bersih2
sebentar, saya bertanya tentang informasi seputar kota Isfahan, saya langsung
melakukan eksplorasi kota Isfahan, dimana sore hari itu begitu cerah, namun
oleh staf hotel diberitahu kalau semua traveller disarankan menghindari kawasan
Nags-e Jahan untuk hari ini dan besok karena lokasi tersebut akan digunakan
untuk kampanye calon presiden Dr Hasan Rouhani yang saat itu menjadi kandidat
terkuat Presiden Iran, kabar terakhir menyatakan bahwa Rouhani sebagai pemenang
pemilihan Presiden Iran.
Baiklah kalau begitu, karena
kebetulan waktu perjalanan di Isfahan sedikit lebih panjang daripada di
kota-kota sebelumnya, saya nikmati sore itu dengan menyusuri pedestrian kota
yang kiri kanannya toko2 yang didominasi toko pakaian, jarak munkin sekitar 2
KM tidak terlalu terasa melelahkan karena saya nikmati dengan suasana senang
hati.
Sampai akhirnya diujung jalan saya menjumpai Jembatan
yang fenomenal yang sangat indah secara arsitektur dan tetap bertahan ratusan
tahun lamanya, nama jembatan itu adalah Sio-e seh Bridge, bangunan jembatan
hampir menyerupai bangunan benteng dan sangat instagramable kalau orang bilang
untuk dijadikan latar belakang foto, saya tidak perlu menceritakan lebih banyak
tentang jembatan ini, silahkan melihat foto-foto yang saya ambil saat saya
berada disana.
Disekitar jembatan terdapat taman
yang asri dan teduh yang sangat nyaman buat warga menikmati hari sambil duduk2
di taman, bercengkrama dengan teman, keluarga atau mereka yang berkencan, semakin
sore semakin ramai, tidak masalah jika kita jalan sendirian menikmati suasana
di sekitar taman, asal jangan baper aja #lohh ....
Disepanjang sungai yang saya
susuri, sesuai dengan peta wisata yang saya ambil dari hotel, terdapat tiga
jembatan dengan model yang kurang lebih sama, namun dengan jarak sekitar 1 KM
antar jembatan, karena hari masih terang, suasana sangat nyaman, saya susuri
sepanjang sungai, saya datangi jembatan-jembatan tersebut, dan memang tiap
jembatan mempunyai daya tarik masing-masing.
Yang paling menyenangkan buat
saya dari tiga jembatan itu adalah jembatan yang paling terakhir, bangunannya
lebih tinggi, bertingkat dengan pondasi model yang sama, namun dibawah jembatan
yang posisinya membelakangi arah matahari, banyak sekali warga lokal menikmati
aliran sungai yang dingin, sambil merendam kaki atau anak-anak kecil main-main
airnya yang bersih, menjadi sebuah tempat berkumpul warga yang sangat
menyenangkan, tua-muda, laki-perempuan, semuanya menikmati suasana sore itu
dengan cara masing-masing, beberapa warga senior sambil duduk-duduk mengobrol
dengan temannya, ada juga bapak2 tua yang menikmati kesendirian sambil merendam
kaki di air sungai yang jernih dan dingin, ingin rasanya saya berlama-lama
disana.
Setelah dirasa cukup puas, saya
segera melanjutkan kembali perjalanan kembali ke hotel tapi melalui jalur di
seberangnya, tentunya dengan pemandangan yang sama menariknya, sepanjang jalan
saya perhatikan banyak anak muda berpasangan menikmati sore hari sambil
berkencan, ada juga beberapa kelompok wanita muda Iran yang sambil malu-malu
menyapa saya dengan bahasa inggris mereka yang terbatas, meski hanya sekedar
kata hallo, welcome to iran, how are you, where are you from dan beberapa kosa
kata perkenalan, rasa ketertarikan orang Iran terhadap turis luar sangat besar,
terutama jika kita berasal dari asia tenggara, mereka entah kenapa rasa
ketertarikan untuk menyapa kita sangat besar.
Disepanjang jalan menuju
penginapan pun ada beberapa orang yang menyapa dengan pertanyaan2 yang sama
yang ujungnya hanya bilang welcome to Iran. Begitu sudah.
Besok paginya, setelah sarapan,
awalnya saya berniat mengunjungi kawasan pemukiman orang Armenia yang katanya
pada masa lalu mengungsi ke Iran lalu mendapat perlindungan oleh pemerintah
Iran sehingga mereka beranak cucu dan diberikan kebebasan menjalankan budaya
dan agama mereka, disana terdapat gereja Armenian, yang dijadikan salahsatu
spot wisata saat berkunjung ke Kota Isfahan. Lokasinya memang lebih jauh dari
jembatan Sio-e seh, namun karena memang transportasi agak susah menuju kesana
selain menggunakan taksi yang pasti dikenakan harga mahal, saya memutuskan
untuk berjalan kaki sambil menikmati suasana kota.
Saat di kawasan jembatan sio-e
seh, saya sengaja menyempatkan diri untuk duduk sebentar makan dan minum sambil
menikmati suasana sekitar taman, saat duduk itu, seorang bapak menyapa saya
ramah dan mengajak bebincang dengan bahasa inggrisnya yang baik, awalnya saya
curiga akan modus terhadap turis, semakin lama kami berbincang saya yakin dia
tidak ada maksud apapun, si bapak mengenalkan dirinya dengan nama Ali, seorang
pensiunan angkatan darat Iran, saya mengutarakan keinginan saya untuk melihat
Gereja Armenian dan beliau menyanggupi untuk menemani saya berkunjung ke lokasi
tersebut dengan melewati jalan yang lebih singkat katanya.
Akhirnya jadilah saya dengan si
bapak berangkat ke kawasan tersebut, sambil berjalan sambil bercerita beliau
akan kehidupan masyarakat Kota Isfahan yang mereka menjamin memberi rasa aman
terutama terhadap turis, singkat cerita saya tanpa terasa saya sudah berada di
depan Gereja tersebut, lalu kami masuk ke dalam dengan membayar tiket masuk
sebesar 80.000 riyal untuk turis luar dan 40.000 riyal untuk turis lokal, tidak
banyak yang saya temui di dalam kompleks gereja ini selain beberapa monumen
prasasti peristiwa pengungsian warga Armenia di jaman dulu, juga nampak
beberapa batu nisan para pendeta dengan beberapa keterangan yang menjelaskan
sejarah pada masa itu.
Di dalam bangunan gereja sendiri
seluruh dinding dihiasi dengan lukisan ornamen yang bercerita tentang Yesus
Kristus yang saya tidak begitu paham, namun terlukis dengan indah, saat
berfoto-foto di dalamnya, ada seorang turis perempuan yang sedang berusaha foto
selfie, saya tawarkan untuk mengambil fotonya dan dia bersedia, kami berkenalan
dan ternyata dia berasal dari Vietnam, karena si cewek sudah pernah bekerja
selama setahun di Jakarta dan saya juga pernah mengunjungi Ho Chi Minh dimana
dia tinggal sekarang, kami semakin cepat nyambung bercerita, si cewek namanya
Thao Nguyen, tapi karena susah untuk diucapkan dengan lidah, dia bilang cukup
dipanggil Ti saja, okedeh.
Sekarang kami bertiga, setelah
selesai dari Armenian, kami diajak si bapak untuk berkunjung ke rumahnya yang
katanya tidak jauh dari situ, sambil berjalan kami bercerita tentang perjalanan
kami masing-masing dan kami sudah sampai di rumah si bapak, rumahnya cukup
luas, dimana ruang tengah digelar karpet Iran yang indah dan nyaman,
disekelilingnya terisi sofa-sofa panjang yang kata si bapak warga Iran memang
suka berkumpul dan ketika berkumpul di rumah akan ramai sekali. Kami
berisitrahat sebentar disana sambil menikmati cemilan yang disuguhkan si bapak.
Selesai dari rumah si bapak, kami
diajak si bapak untuk makan siang di sebuah restoran yang ramai orang Iran
datang kesana, rupanya kami diajak si bapak ke rumah makan dengan gaya all you
can eat, kebayang donk makanan tradisional Iran yang aneka macam dan kita bisa
menikmati sepuas hati, Alhmadulillah rejeki anak soleh diajak makan siang di
rumah makan tempat warga lokal berkumpul, tempatnya nyaman dan makanannya enak
banget.
Setelah kenyang, si bapak kembali
mengajak kami berjalan menikmati suasana kota, kali ini kami diajak ke Naqhs-e
Jahan square, saya bilang kalau hari ini kawasan tersebut katanya ditutup untuk
lokasi kampanye presiden, tapi si bapak bilang pelaksanaan kampanye baru akan
dimulai jam 5 sore dan sekarang masih ada waktu untuk menikmati kawasan disana
sebelum warga datang bergerombol, akhirnya kami bertiga ke kawasan tersebut dan
kami mencoba naik bis.
Saat tiba di kawasan Naqhs-e
Jahan square tersebut terlihat sekali kawasan yang dibatasi pagar sementara dan
nampak dikejauhan beberapa panggung untuk digunakan sebagai tempat kampanye,
kami sempatkan mengambil foto di beberapa tempat, kami juga sempat mengunjungi
beberapa toko souvenir, souvenir yang dijajakan berupa piring-piring baik dari
kaleng atau keramik yang dilukis dengan keindahan seni khas Iran, sangat indah
dan harganya juga ïndah”alias mahal, saya hanya bisa menikmati saja karena
budget belanja oleh-oleh yang terbatas, sampai akhirnya saya menemukan satu set
piringan yang dijual obral karena rupanya hasil lukisan tangannya tidak begitu
mulus, tapi menurut saya tetap indah dan harga yang ditawarkan juga masih dalam
jangkauan budget saya, minimal saya sudah membeli oleh-oleh khas Iran, mengingat
susahnya mencari oleh-oleh khas Iran karena tidak banyak yang menjual, tidak
seperti kawasan turis di beberapa negara yang saya kunjungi, di Iran ini belum
banyak yang menjual souvenir turis, kalaupun ada yang menjual adalah kerajinan
khas Iran berupa karpet, permadani, sutera, dan kerajinan kulit yang tentunya
sangat mahal harganya.
Baru sebentar kami menikmati
kawasan sekitar, tiba-tiba ada semacam pemberitahuan bahwa sebentar lagi acara
kampanye akan segera dimulai, toko-toko sudah mulai menutup kiosnya, kami
segera bergegas keluar dari kawasan tersebut untuk menghindari tabrakan jalan
dengan masa yang datang berombongan, benar saja, secara bertahap rombongan
warga dari berbagai tempat mulai berdatangan, ramai namun tertib, karena saat
saya masih di Jakarta ketika berkomunikasi dengan Iran Traveling Centre,
disarankan untuk menghindari kerumunan warga, terutama kondisi kampanye
sekarang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan juga disarankan
untuk tidak mengambil foto mereka, makanya kami segera bergegas keluar dari
kawasan, namun saya amati dan rasakan, warga yang datang dengan suasana tertib
dan tidak dengan suasana yang panas, tua-muda, besa-kecil, laki-perempuan
datang berrombongan dengan tertib dan dengan atribut masing2, saya merasakan
seperti ketenangan saja, tidak seperti suasana kampanye di negeri saya sendiri.
Karena hari masih terang, masih jam 5 sore, sementara matahari terbenam
jam 8 malam, si bapak mengajak kami melihat Kota Isfahan dari atas ketinggian
dan katanya menjadi kawasan favorite warga lokal untuk menikmati suasana,
terutama akhir pekan. Kembali kami berjalan menuju kawasan perbukitan dengan
naik bus lalu turun di pemberhentian terdekat.
Meksipun katanya pemberhentian
terdekat, rupanya perjalanan masih jauh, kami jelas karena tidak meniatkan diri
naik-naik ke atas bukit cukup kelelahan, apalagi hampir seharian jalan keliling
dengan jalan kaki, namun kami paksakan juga untuk berjalan dengan semangat
menikmati perjalanan.
Saya persingkat, sampailah kami
di atas bukit dan nampaknya perjalanan masih panjang, menariknya jalan menuju
puncak bukit ini sudah ditata dengan jalan yang diperbagus dengan batu-batu
yang ditata rapi dan sangat nyaman buat orang berjalan, nampak banyak sekali
memang warga lokal yang berjalan kaki baik rombongan atau sendiri berjalan
kaki, dinikmati sambil berolahraga karena memang udaranya sangat segar dan
bersih, seandainya saya menyiapkan diri dengan kostum yang sesuai dan tenaga
yang disiapkan tentunya masih kuat untuk sampai ke puncak, namun pada akhirnya
kami berbatas oleh waktu, Ti harus segera ke terminal bus untuk melanjutkan
perjalanan ke kota berikutnya.
Akhirnya kami putuskan untuk
turun kembali ke bawah, tidak kami tuntaskan perjalanan ke atas puncak,
sesampai dibawah kami minum air gratis yang disediakan di beberapa tempat
sepuasnya -- sekedar informasi, di Kota Isfahan terutama di kawasan pusat kota
banyak sekali ditemui tempat air minum gratis, sangat menyegarkan, dan juga
membantu menghindari dari dehidrasi, saya suka juga menyimpannya dalam botol
sebagai persediaan saat berjalan -- Ti mengambil koper dan pakaiannya di rumah
tempat dia tinggal selama di Isfahan, rupanya dia tinggal di salah satu host
couchsurfing, lalu mengantar Ti sampai ke terminal bus Kaveh, dari situ saya
diantar si bapak kembali ke hotel karena sudah malam, si bapak berjanji mau mengajak
saya jalan-jalan lagi esok hari dan meminta saya untuk memperpanjang masa
tinggal di kota Isfahan, dengan beberapa pertimbangan saya akhirnya putuskan
untuk mengiyakan permintaan si bapak dan berjanji untuk berjumpa di tempat
pertama kami berjumpa kemarin.
Sebenarnya semua destinasi yang
saya ingin kunjungi di Isfahan sudah semua dikunjungi, namun karena saya sudah
terlanjur mengiyakan si bapak untuk jalan-jalan, akhirnya saya jalani juga
jalan-jalannya, kami bertemu kembali di sekitar jembatan kemarin, si bapak
mengajak saya untuk berjalan-jalan lagi, awalnya menyenangkan namun lama
kelamaan jalan-jalannya menjadi tidak jelas hanya menikmati kawasan rumah
penduduk tanpa tau tujuan yang jelas, yang tadinya saya respect dengan si bapak
sekarang yang ada malah bete, karena saya fikir si bapak mau mengajak saya
jalan-jalan ke lokasi menarik lainnya, akhirnya saya putuskan saya kembali saja
ke penginapan dan pamit ke bapak dengan alasan saya kecapean dan ada barang
penting yang tertinggal, awalnya si bapak mau menemai saya kembali ke hotel
untuk mengambil barang yang tertinggal tersebut, namun saya tolak dengan halus
dengan alasan tidak usah, karena memang itu alasan saya saja untuk memisahkan
diri dengan si bapak, akhirnya kami berpisah dan tidak lupa mengucapkan terima
kasih sudah dibantu si bapak untuk mengenal kota Isfahan.
Sambil menunggu keberangkatan bis
saya yang malam hari yang sudah saya ganti dari yang sebelumnya keberangkatan
di pagi hari, saya nikmati lagi jalan-jalan sendiri saya, saya kembali ke hotel
untuk istirahat, namun karena saya sudah check out saya tidak bisa kembali ke
kamar, saya duduk-duduk santai saja di ruang berkumpul di bagian tengah hotel
menikmati teh manis dan makanan serta berkomunkasi dengan teman2, sorenya
setelah dirasa cukup beristirahat, saya kembali Naqhs-e jahan yang sekarang
sudah bersih dari semua atribut kampanye.
Saya habiskan sisa waktu di
Isfahan dengan menikmati suasana sore hari disana, semakin sore semakin ramai
orang berdatangan, terutama keluarga dengan anak-anak yang bermain, kawasan
Naqhs-e jahan ini merupakan kawasan yang sangat luas, menjadi kawasan yang
dilindungi oleh UNESCO dan dianggap seperti sepotong surga yang tertahan di
dunia karena keindahannya. Kawasan ini dikelilingi oleh bangunan dengan
aristektur yang sama yang dulunya katanya merupakan tempat bermain dan
bersantai permaisuri dan raja saat itu, yang kini sudah beralih fungsi menjadi
toko-toko, diantara toko tersbut ada Masjid dan semacam anjungan tempat
permaisuri dulu duduk menikmati sore yang sekarang sudah boleh dimanfaatkan
oleh warga. Semakin sore mendekati gelap, lampu2 diseluruh bangunan mulai
dinyalakan dan itu menambah keindahan kawasan tersebut.
Sampailah saya di penghujung
kunjungan di Kota Isfahan, saya kembali ke hotel, lalu segera mengambil koper
saya dan menuju Bus Terminal di Kaveh untuk melanjutkan perjalanan dengan bis
malam jam 12 malam ke Kota Shhiraz.
Sampai berjumpa di Kota Shiraz
Komentar
Posting Komentar