Ambon Yang Manis
Perjalanan
yang sangat singkat yang bisa saya katakan untuk dapat menjelajahi keindahan
Pulau Ambon.
Saat
itu, di bulan September 2015, ada kesempatan libur harpitnas Idul Adha, dengan
menambah satu hari izin tidak masuk kerja, dapat 4 hari liburan. Awalnya sempat
ragu apakah bisa jalan sendiri ke Ambon dengan informasi yang dimiliki seadanya.
Sempat mencari-cari info tentang bagaimana melakukan perjalanan di sana,
akhirnya setelah mendapat rekomendasi teman traveler, diberilah kontak
kenalannya yang sering menjadi pemandu traveler yang hendak menjelajah Kota
Ambon, setelah bernegosiasi tentang waktu dan sebagainya, akhirnya sepakat mau
menemani saya berkeliling Kota Ambon dengan waktu yang singkat tersebut.
Jumlah
waktu 4 hari tersebut benar-benar sangat sedikit sekali, karena saat saya
melakukan perjalanan, saya bertugas di Kota Tobelo, Halmahera Utara, dimana
tidak ada penerbangan langsung ke Kota Ambon dari sana, pilihannya adalah
penerbangan via Manado atau Ternate yang semua berjarak ratusan kilometer dari
Tobelo.
Karena
pertimbangan waktu dan mengejar moment, akhirnya saya memutuskan perjalanan via
Ternate, pilihan terbang dari Ternate ada dua pilihan, penerbangan pagi jam 10
dengan Express Air atau jam 2 siang dengan Garuda atau Sriwijaya yang
bergantian jadwal terbangnya setiap hari. Sementara penerbangan balik dari
Ambon ke Ternate juga dengan jam yang kurang lebih sama dan operator
penerbangan yang sama juga.
Jadi
bisa diperhitungkan sendiri donk berapa lama waktu efektif yang saya punya
untuk menjelajah Kota Ambon dan sekitarnya yang cukup luas.
Singkat
cerita ....
Rabu
sore sesaat jam pulang kantor berdentang, segera saya ikut rombongan teman2
yang akan mudik ke Ternate, dengan menggunakan oto sejenis avanza atau innova,
kami menempuh perjalanan selama hampir kurang lebih 4 jam menuju Sofifi,
setelah itu lanjut perjalanan dengan menggunakan speed boat sekitar 40 menit
untuk menyeberang ke Pelabuhan Kota Baru di Ternate, tiba di Ternate sekitar
jam 10 malam dan saat itu Malam Takbiran Idul Adha.
Kami
berpisah di pelabuhan, selanjutnya saya menuju penginapan untuk menginap satu
malam sampai besok pagi.
Saat
dalam perjalanan di speed boat menuju Ternate, tiba2 ada sms masuk ke handphone
saya dari Express Air yang memberitahukan bahwa penerbangan kami besok pagi
dibatalkan karena alasan teknis, pilihannya penerbangan saya akan dialihkan
besok lusa atau dikembalikan uang tiket penuh, sangat terkejut sekali karena
pemberitahuan tersebut benar2 mendadak, sementara saya tidak mempunyai rencana
cadangan.
Tidak
lama setelah selesai urusan check in hotel, saya mulai mencari tiket
penerbangan yang lain pada hari itu dan Alhamdulillah saya masih bisa memesan
tiket penerbangan ke Ambon dengan Garuda untuk penerbangan jam 2 siang. Pembatalan
sepihak dari Express Air sangat mengganggu jadwal perjalanan yang sudah kami
susun bersama, untungnya temen saya memahami kondisi tersebut.
Setelah
selesai menuaikan Ibadah Shalat Ied di mesjid dekat penginapan, saya ke kantor
perwakilan Express Air yang ada di Ternate untuk mengurus prosedur pengembalian
tiket saya yang dibatalkan dan di beritahukan akan segera di transfer ke
rekening saya setelah semuanya sudah selesai di proses. Ketika saya tanyakan
kenapa pembatalan sangat mendadak sekali, petugas hanya bisa menjawab secara
diplomatis bahwa ada masalah teknis yang membuat pesawat tidak bisa
diterbangkan. Saat itu juga saya menanyakan kepastian apakah tiket penerbangan
balik saya dari Ambon ke Ternate akan bernasib sama, petugas menjawab bahwa
tiket penerbangan balik tidak ada masalah. Baiklah kalau begitu.
Singkat
cerita, Kamis siang penerbangan ke Ambon dengan Garuda berjalan mulus, jam 3:30
sore pesawat mendarat di Patimura Aiport, Ambon, teman saya sudah menunggu di
pintu kedatangan.
Segera
setelah semua urusan beres, dengan menggunakan sepeda motor, kami langsung
menuju lokasi wisata pertama di Pantai Natsepa sebagai persinggahan kami yang
pertama, pantai yang mempunyai garis pantai yang panjang, pasir pantai yang
putih bersih dan landai sehingga sangat nyaman meski hanya sekedar membasahi
kaki dengan air lautnya yang jernih. Di depan pantai terdapat jejeran warung
penjual rujak natsepa yang terkenal. Kami tidak sempat berlama-lama di pantai
ini mengingat waktu yang sudah semakin sore dan perjalanan menuju kota juga
masih lumayan jauh.
Malam
itu saya lebih banyak beristirahat di hotel karena kebetulan diluar sedang
turun hujan.
Karena
kami berencana mengelilingi Pulau Ambon yang luas menggunakan motor biar lebih
simple, sementara pilihan tempat wisata juga banyak, akhirnya disepakati hanya
beberapa tempat saja yang dimunkinkan untuk dijelajahi dalam waktu satu hari
penuh.
Besok
paginya, Jumat, kami sudah siap berkeliling kembali, lokasi pertama di hari itu
adalah Pantai Liang, Pantai dengan garis pantai yang panjang, pasir pantai yg
putih, air laut yg jernih dan jangkauan mata memandang yang sangat luas, sangat
memikat, di kawasan pantai ini juga sangat nyaman untuk sekedar berlibur
menghabiskan waktu, banyak tenda2 penjual minuman air kelapa segar untuk
melepas dahaga. Suasanyanya pun terasa teduh karena banyaknya pohon rindang
yang tumbuh.
Dari
Pantai Liang, kami beranjak menuju lokasi berikutnya ke Benteng Fort Amsterdam
yang terletak di Desa Hila, Leihitu, Ambon Tengah, benteng peninggalan Belanda pada
saat menjajah Ambon yang saat itu sangat kaya dengan hasil rempah-rempah yang
membuat penjajah sangat ingin memiliki wilayah Maluku, yang masih terawat
dengan baik.
Tidak
jauh dari Benteng, juga terdapat Mesjid Wapauwe, di Desa Kaitetu, Leihitu,
Ambon Tengah, Mesjid Tua yang penuh dengan sejarah, diceritakan bahwa Mesjid
ini dibangun oleh Perdana Jamillu, orang kaya Alahaluhu pada tahun 1414 di
Wawane, lalu pada tahun 1614 dipinah oleh Imam Rijalli sejauh 6 Km ke arah
Tehala. Pada tahun 1664 Masjid tersebut turun ke Negeri Atetu lengkap dengan
semua perlengkapan ibadahnya, jadi katanya mesjid tersebut secara utuh
dipindahkan dengan cara diterbangkan dari atas gunung ke tempat yang sekarang.
Selepas
dari Masjid Wapauwe, saya diajak melihat lokasi persembunyian belut raksasa,
orang sana menyebutnya Morea, ada beberapa tempat dimana Morea bersembunyi,
namanya juga belut, pasti tidak mudah untuk bisa ditangkap bahkan untuk sekedar
dipegang dalam waktu yang lamapun akan terasa sulit.
Yang
menarik adalah ukuran belut ini memang mempunyai ukuran yang jauh lebih besar
dari ukuran belut pada umumnya, Untuk bisa menangkap/memegang morea tersebut
harus dengan cara dipancing dengan sesuatu yang berbau amis, entah itu telur
atau potongan ikan segar yang menebar aroma bau amis sehingga memicu morea
keluar dari persembunyiannya.
Belut-belut
ini sengaja dipelihara dan dibiarkan hidup di habitatnya sekarang sejak dulu,
mereka sangat menjaga keberlangsungan hidup belut tersebut, seperti ada
larangan menangkap belut-belut tersebut untuk keperluan pribadi atau untuk
dimakan, sehingga ketika belu-belut tersebut mati, konon bangkai-nya tidak
dimakan oleh penduduk namun dikuburkan. Saya berhasil memegang morea tersebut
di Desa Larike yang merupakan Desa Wisata menangkap Morea.
Perjalanan
kami selanjutnya menuju gugusan Pulau Nusatelu di daerah Asilulu, dinamakan demikian
karena di kawasan tersebut terdapat tiga pulau kecil yang berdekatan yang
menjadi lokasi wisata, Pulau Lain, Hatala dan Nustelu, saya sempatkan
mengunjungi Pulau Hatala yang ada di tengah yang mempunyai pantai pasir putih
yang bersih dengan gugusan batu pantai yang oke. Untuk menyeberang ke pulau
tersebut menggunakan semacam perahu kecil atau katinting, namun perahu ini
tidak mempunyai penyeimbang di kiri dan kanannya, bisa kebayang tantangan seru-nya
naik perahu tersebut selama sekitar 15-20 menit penyeberangan. Kunjungan ke
Pulau Tiga ini sebagai pengganti gagalnya perjalanan mengunjungi Pulau Pombo.
Hari
sudah beranjak sore, segera kami berkemas untuk kembali ke kota, sepanjang
perjalanan kami sempatkan mengambil foto pemandangan Batu Layar yang menarik,
dan yang sangat memanjakan mata adalah garis pantai Teluk Ambon yang sangat
indah sekali, apalagi saat itu hari sudah menjelang sore, matahari semakin
“jatuh” ke bawah yang menambah indah pemandangan sore.
Saat
di kota saya hanya menyempatkan ke Patung Martha Tiahahu yang menghadap ke
Teluk Ambon, menyempatkan diri shalat di Masjid Al Fatah, selebihnya hanya
keliling kota Ambon saja untuk makan n minum.
Malam
harinya, disaat sedang makan malam, tiba2 ada sms masuk, kembali dari Express
Air yang mengabarkan hal yang sama ketika saya hendak menyeberang ke Ternate,
sungguh sangat menyebalkan semua pemberitahuan dilakukan secara mendadak, saya
merasa sangat dibohongi petugas di kantor perwakilan saat hendak proses refund
tiket yang menyatakan bahwa tiket balik saya tidak ada masalah.
Setelah
berdebat komplain panjang saya tetap ngotot meminta pertanggung jawaban pihak
Express Air untuk menyediakan tiket balik saya besok hari ke Ternate, saya
tidak peduli berapa harganya dan apa maskapai penerbangannya karena saya merasa
dikecewakan dengan service yang diberikan, ini adalah pengalaman pertama saya
menggunakan Express Air dan sepertinya tidak akan pernah saya gunakan lagi. Dan
akhirnya pihak Express Air menyanggupi permintaan saya untuk diterbangkan besok
hari menggunakan Garuda jam 12 siang.
Sabtu
Pagi sebelum terbang balik ke Ternate, saya disempatkan ke Lapangan Merdeka di
tengah Kota Ambon dan berfoto di Patung Patimura yang berdiri tegak di
tengahnya.
Demikian
perjalanan singkat saya keliling Pulau Ambon, masih banyak lokasi wisata lain
yang belum sempat di explore, berharap saya bisa kembali ke Pulau Ambon untuk
bisa menjelajah lebih jauh lagi ke tempat lain yang lebih indah 24-26-09-2015.
Komentar
Posting Komentar