... sambungan dari Toraja (2)
Setelah berpuas-puas berkeliling di
Londa, perjalanan kami lanjut ke Lemo, dari Londa kembali ke arah jalan raya,
lalu belok kiri lagi ke arah Makale, perhatikan papan petunjuk masuk ke tempat
wisata Lemo. Di Lemo ini kita juga akan mendapatkan pemakaman di bukit,
bedanya, yang di Lemo, bukit yang ada dilubangi untuk bisa menyimpan peti
jenazah di dalamnya, aturan main tetap berlaku, yang paling tinggi adalah
bangsawan.
Di Lemo juga ada kumpulan patung
yang ditempatkan secara berjejer ke samping menghadap ke depan, seolah seperti
menyambut kedatangan kami. Penyimpanan di Lemo terlihat lebih rapi, tidak
nampak tulang belulang atau tengkorak berserakan, kita seperti melihat dinding
penuh dengan pintu rak yang bisa dibuka setiap saat.
Jalan lagi sebentar melewati
dinding makam, dibelakang akan tampak pemandangan seperti ini.
Nampak pada saat itu sekumpulan
buklet ucapan duka cita yang sepertinya belum lama telah diselenggarakan
upacara penyimpanan jenazah di dalam bukit.
Sambil melihat suasana di bukit
tersebut, kita juga bisa menikmati panorama keindahan Toraja dengan hamparan
sawah dan gugusan bukit yang menawan, terkesan seperti tidak sedang berada di
area pemakaman. Hanya sebatas itu saja yang kita bisa lihat di Lemo.
Selesai dari Lemo, hari sudah
semakin terang, letih, haus, lapar, kepanasan, tubuh meminta istirahat sejenak,
dan akhirnya kami sampai juga di pusat kota Makale, segera kami mencari masjid
untuk shalat duhur dan makan siang disekitarnya.
Harap waspada, banyak sekali warung
yang menyediakan menu non halal, yang paling menonjol adalah menjual bakso
babi, yang bertebaran sepanjang jalan Rantepao ke Makale.
Makan, minum, shalat, istirahat,
sudah semua, tujuan terakhir kami adalah ke Monumen Yesus Kristus, menurut
penjelasan, Monumen ini adalah monumen tertinggi kedua di dunia setelah Patung
Yesus yang ada di Polandia, namun kalah terkenal di banding Patung Yesus yang
ada di Rio de Janeiro, Brazil, padahal tidak lebih tinggi daripada Patung yang
ada di Toraja ini, mudah2an ke depannya keberadaan Monumen ini lebih dikenal
dunia luas sehingga menjadi daya tarik wisata mancanegara.
Untuk menuju kesana, harus melalui
jalan yang terjal, dalam artian sesungguhnya, karena posisi monumen yang ada di
atas bukit tertinggi di Makale, perjalanan harus dilalui dengan cara mendaki,
entah dengan menggunakan kendaraan roda empat atau dua atau dengan berjalana
kaki, yang terakhir tidak terlalu direkomendasikan.
Setelah melewati jalan yang relatif
mulus, mulailah perjalanan yang terjal, kondisi jalan yang masih bentuk pecahan
batu yang lumayan besar, bukan kerikil, jalan menanjak, cukup membahayakan bagi
pengguna jalan yang belum menguasai medan jalan seperti ini.
Tadinya kami mencoba melewati jalan
tersebut dengan motor, namun setengah perjalanan akhirnya kami menyerah karena
sangat membahayakan, ancaman roda motor selip itu sangat terbuka, dan kami
terpaksa menepikan kendaraan kami di lapangan terbuka terdekat, selebihnya kami
lanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Nampak pula saat itu kami lihat
beberapa kendaraan susah payah untuk bisa melewati kondisi jalan yang terjal
tersebut.
Dengan susah payah, butuh tenaga
lebih, melewati ratusan anak tangga, akhirnya sampai juga kami di puncak
monumen, pemandangan dari atas monumen, akan terlihat seluruh wilayah Makale
dan Rantepao yang berhiaskan hamparan sawah dan Tongkonan, rumah adat khas
Toraja.
Karena hari semakin sore, kami
segerakan untuk kembali ke Kota Rantepao dengan melewati kondisi jalan yang
sama, untungnya, perjalanan pulang adalah jalan menurun sehingga beban
perjalanan lebih mudah daripada perjalanan naik sebelumnya.
Sampai di kota Rantepao sekitar jam
5:45, kembali ke penginapan di Wisma Maria-1, dan kamar sudah tersedia, sebelum
bersih2, kami sempatkan mampir sebentar di kawasan Rantepao sambil
melihat-lihat suasana disana.
Setelah beristirahat, mandi dengan
air yang dingin, membuat badan terasa bersih dan segar, jam 8 malam kami sudah
check out, karena keberangkatan bis untuk balik ke Makasar adalah jam 20:30.
Tepat jam 20:30 bis membawa kami
kembali ke Makasar, dengan perusahaan bus yang sama, type bus yang sama dan
juga kelas seat yang sama, sangat nyaman.
Jam 4 pagi kami sudah tiba saja di
airport Hasanuddin, sesuai permintaan kami untuk diturunkan di airport, adzan
subuh belum berkumandang, segera kami ke masjid terdekat untuk shalat subuh dan
bersih2. Hari ini, 12 September 2016 adalah Hari Raya Idul Adha, kami niatkan
diri untuk Shalat Ied di sekitar airport, dan Alhamdulillah airport Hasanuddin
menyelenggarakan Shalat Iedul Adha, masih banyak waktu buat kami check in,
karena penerbangan saya kembali ke Ternate sekitar jam 9:50 pagi.
Alhamdulillah perjalanan
dimudahkan, pesawat take off tepat waktu, tiba di Ternate sekitar jam 11 siang.
Sebenarnya selain tempat yang sudah
kami kunjungi, masih ada beberapa tempat lagi yang bisa dikunjungi, seperti
Pasar Bolu yang tiap dua kali seminggu menjual kerbau khas Toraja yang sangat
eksentrik, mahal dan magis, kuburan bayi yang nempel di pohon dan negeri di
atas awan batutumonga, namun karena keterbatasan waktu, kami terpaksa memilih
lokasi yang bisa kami kunjungi.
Demikian perjalanan kami di Toraja.
Sang Sultan :)
BalasHapusYes, Sultan Hasanuddin :-)
Hapus