Seharian di Ternate
Kali ini gue mau cerita tentang
pengalaman gue berkeliling Pulau Ternate, sebuah pulau, kota dan kesultanan
yang pernah mempunyai posisi yang sangat strategis yang menjadi daya tarik
bangsa lain untuk datang kesana karena berlimpahnya hasil bumi berupa
rempah-rempah, tapi gue nggak ngebahas masalah sejarah itu dalam tulisan gue,
tapi mau bercerita tentang perjalanan eksplorasi gue selama di Ternate.
Jika ingin berkunjung ke Ternate,
dari Jakarta ada beberapa penerbangan menuju Ternate, bisa menggunakan Garuda,
Sriwijaya atau Lion, ada yang direct, ada juga yang harus transit dulu di
makassar atau manado, semua tergantung jam terbangnya, kalau mau yang langsung
ke Ternate, dari Jakarta itu jam terbangnya antara jam 00:00 sampai jam 01:40,
sampai Ternate sekitar jam 07:05 atau jam 07:25 pagi, lama penerbangan langsung
sekitar 3,5 jam dengan perbedaan waktu Ternate 2 jam lebih awal dari Jakarta.
Karena gue dari Tobelo dimana
saat ini gue bertugas, untuk menuju Ternate, gue kudu naik oto, public
transport macam avanza atau innova dan sejenisnya dengan lama perjalanan
sekitar 4 jam dengan pemandangan sepanjang jalan yang menakjubkan, sampai
Sofifi, ibukota Provinsi Maluku Utara, terdapat pelabuhan penyeberangan ke
Ternate dengan ongkos Rp. 120.000.- sekali jalan. Ada dua pilihan
penyeberangan, dengan menggunakan speedboat dengan durasi penyeberangan sekitar
45 menit dengan tiket sekali jalan Rp. 50.000.-, atau menggunakan ferry dengan
durasi penyeberangan sekitar 1,5-2 jam dengan tiket sekali jalan Rp. 25.000.-
dan tentunya mengikuti jadwal penyeberangan.
Tiba di Ternate, jika menggunakan
speedboat tiba di pelabuhan Kota Baru, sementara jika menggunakan ferry kita
akan tiba di pelabuhan Bastiong, dari kedua tempat itulah perjalanan eksplorasi
Ternate dimulai.
Saat berkeliling Ternate ini, gue
lakukan berdua teman, kadang bertiga atau berempat, bahkan pernah juga gue
sendirian keliling pulau menggunakan motor pinjaman dari teman kantor. Tiap
kali berkeliling pastinya akan mengulang lokasi yang sama, karena emang itu2
aja sih loaksinya, Jadi cerita2 tentang lokasi wisata yang gue ceritain nanti
merupakan gabungan dari beberapa trip yang udah pernah gue lakukan di Ternate.
Ternate ini bisa d sebut pulau,
bisa d sebut Kota, dibilang pulau karena memang sebuah pulau yang bersebelahan
dengan saudaranya Tidore, di bilang kota karena dengan luas daratan yang tidak
terlalu luas, pulau dengan Gunung Gamalama yang masih aktif, membuat penumpukan
pemukiman d satu bagian, sementara d bagian yang lain hanyalah barisan
pemukiman sepanjang pesisir pantai. Namun demikian Ternate merupakan kota
paling ramai di Provinsi Maluku Utara.
Tempat wisata di Ternate tersebar
di penjuru pulau, kalo diibaratkan jalan, kita bisa mulai mau dari arah kiri
dulu atau arah kanan dulu, karena pada akhirnya akan bertemu d satu titik
tempat kita bermula melakukan perjalanan, karena kita memang keliling pulau
Ternate.
puncak gunung Gamalama
Ternate dari atas ketinggian saat pesawat akan mendarat
Perjalanan keliling pulau Ternate
bisa menggunakan oto jika kita perginya lebih dari dua orang, biar masuk
semuanya, kalau jalan sendiri atau berdua mending naik motor lebih simple. Ada
penyewaan oto untuk berkeliling pulau tapi gue belum nemuin yang nyewain motor
buat keliling pulau.
Untuk penginapan ada banyak hotel
di ternate tapi harganya rata2 Rp 300.000.- ke atas, gak tau kenapa pada mahal
banget, service nya sih standard, biasa aja, tapi gue punya hotel langganan
buat gue menginap tiap kali gue ke Ternate, Hotel Archie 1, namanya, lokasinya
staregis di tengah kota, hotel itu menyediakan kamar type single yang kamar
mandinya d luar dengan harga Rp 175.000.- atau Rp. 200.000 utk yg twin beda,
harganya murah banget d bandingin dengan kamar type single yang kamar mandi di
dalam tarifnya Rp 300 ribuan, dua kali lipat dari harga yg kamar mandi d luar,
buat gue oke2 aja kamar mandi d luar, secara gue gak lama kalo tiap main di
Ternate, satu malam cukup sudah.
Okelah, titik awal perjalanan gue
akan mulai dari Mesjid Al Munawar yang besar yang menjadi Mesjid Raya Ternate
yang ada d tengah kota yang ada d kawasan boulevard, deket2 situ ada Jatiland
Mall, satu2nya Mall yang ada di Ternate, di belakang Mall ada pusat kuliner
yang bukanya mulai sore sampai tengah malam, jadi kalo malam2 masih laper
mampir aja kesana, makanannya kebanyakan sop2 makasar gitu tapi ada juga sih
ayam goreng, mie rebus dsb dsb.
Terus jalan lagi, gak lama
kemudian ketemu Kedaton, Keraton Kesultanan Ternate, bentuknya sih menurut gue
biasa aja, gue belum sempet masuk ke dalamnya tapi katanya di dalamnya terdapat
banyak benda bersejarah yang masih tersimpan dengan baik, dan masuk ke dalamnya
pun gratis alias tidak dipungut biaya, namun begitu pengunjung diminta untuk
berpakain yang sopan, bangunan ini adalah bangunan kebanggaan, depannya ada
lapangan yang suka dipake buat acara2.
Selesai dari situ, jalan lagi ke
arah bandara, tapi gak sampe bandara nanti belok ke kanan, persis d pojokan
bakal ketemu Benteng Toluko, benteng bekas peninggalan Portugis, yang lagi2
tinggal sisa2nya aja, namun sudah direnovasi sehingga keliatan lagi bentuk
bangunannya meski nggak utuh, masuk kesana kita bayar sekedarnya ke penjaga,
view dari Benteng Toluko ini keren banget, kita akan menghadap pemandangan laut
lepas yang bikin mata adem, dan jika kita menengok ke arah sebaliknya kita akan
menatap Gunung Gamalama yang berada di tengah pulau, jadi darimanapun kita
berdiri, kita akan selalu berhadapan dengan Gunung Gamalama.
Puas dari Toluko, melewati Pasar
Dufa-dufa, gue lanjut perjalanan, mengikuti jalan yang hanya itu aja, menyusuri
pemukiman sepanjang garis pantai, gak lama kemudian ketemu kawasan wisata Batu
Angus, kawasan ini berupa segumpulan lahar gunung Gamalama dalam kawasan yang
luas, dari letusan puluhan tahun yang lalu yang mengeras dan menghitam,
mengalir terus ke arah laut, membuat pemandangan yang berbeda dengan daerah
sekitarnya, untuk masuk ke kawasan ini bayar tiket seperlunya.
Di sepanjang jalan menyusuri laut
kita dapat melihat pemandangan garis pantai yang menakjubkan, pulau2 d sekitar
Ternate seperti Pulau Tidore, Pulau Hiri dan Pulau Maitara. Pemandangan antara
Pulau Tidore dan Pulau Maitara ini diabadikan sebagai gambar dalam uang kertas
pecahan Rp 1.000.-, waktu itu gue ditemenin sama temen gue dan d kasih tau
posisi yang pas buat mengambil gambar tersebut.
Kemudian dari situ gue ketemu
kawasan wisata Pantai Sulamadaha, garis pantainya berpasir hitam dengan
gulungan ombak yang lumayan besar, d sana terdapat barisan tempat duduk untuk
pengunjung yang santai sambil makan menatap laut dan Pulau Hiri di seberangnya,
sayang sih kawasannya agak kotor, kurang diperhatikan perawatannya, sampah
habis makan main d buang aja ke depan, emang sih sampai bekas kelapa atau
gorengan, tapi kan ya tetep kotor aja jadinya. Ada kejadian lucu dan agak
menyebalkan, menyebalkannya bukannya mau ngejelekin yah, cuma mau cerita aja, tukang
parkirnya itu, seperti pada ingin mengambil keuntungan masing2, jadi pas masuk gue
diminta bayar parkir, waktu gue tanya berapa dia nyebutin sejumlah angka dan
waktu gue minta bukti tiketnya eh ternyata angka yang tertulis di tiket lebih
kecil, dan yang paling menyebalkan uang kembaliannya juga lebih kecil yang gue
terima, berarti dia ambil keuntungannya banyak banget, nyebelin nggak tuh? banget
kalo menurut gue, bukannya itung2an, tapi mbok ya bohongnya jangan kebangetan
kali yeh, denger2 sih emang pendapatan dari uang masuk gak masuk ke pemda tapi
ke masing2 orang tsb, tapi tau atau nggak, no comment, yg jelas kudu teliti.
Lucunya kalo kita udah keluar dari lokasi itu dan mau masuk lagi pada hari yang
sama, kita gak perlu bayar parkir lagi.
Cuma sebentar doank sih gue d
situ, karena emang biasa aja menurut gue, cabut aja langsung jalan menyusuri jalan, tanya2 informasi tentang lokasi Pantai Jikomalamo, dan dikasih tau sama orang yang ketemu disitu, ternyata emang masuk ke dalamnya agak jauh, kudu pake kendaraan, minimal motor, terus sampe sana juga kita kudu turun lagi ke bawah untuk sampai lokasinya.
karena gue gak bisa lama2, akhirnya gue hanya bisa foto dari atas aja, pemandangannya keren, lokasinya bagus buat snorkeling atau sekedar main2 air, beda jauhhhh dengan Pantai Sulamadaha.
Pemandangan Panati Jikomalamo dari atas parkiran motor.
selesai dari sana, gue lanjut lagi perjalanan ke Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil.
karena gue gak bisa lama2, akhirnya gue hanya bisa foto dari atas aja, pemandangannya keren, lokasinya bagus buat snorkeling atau sekedar main2 air, beda jauhhhh dengan Pantai Sulamadaha.
Pemandangan Panati Jikomalamo dari atas parkiran motor.
selesai dari sana, gue lanjut lagi perjalanan ke Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil.
dua lubang di pinggir pulau itulah lokasi Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil
Ada cerita legenda terkait danau
tersebut, jadi menurut cerita yang dipercaya, pada jaman dulu disekitar danau
itu ada sebuah desa dimana sedang terjadi pesta, orang2 yang berpesta sampai
minum2 sehingga membuat lupa diri seorang bapak, terjadilah perbuatan yang
tidak sepatutnya seorang bapak kepada anak, setelah menyadari keadaan yang
terjadi, si bapak menghilang dengan menceburkan diri ke dalam Danau Tolire
Besar sementara sang anak menghilang entah kemana dan tidak lama kemudian
munculah sebuah danau yang dinamakan Danau Tolire Kecil yang berada di pinggir
laut, yang tidak terlalu jauh dengan Danau Tolire Besar, yang dipercaya sebagai
reinkarnasi si anak tersebut. Gitu deh ceritanya.
Terus ada lagi mitos, katanya
kalo kita melempar batu ke dalam danau tersebut, batu tersebut tidak akan
pernah masuk ke dalam air danau, tapi seperti hilang ditelan pepohonan di
sekeliling danau, bentuk danaunya memang agak beda sih, seperti sumur, airnya
ada jauh d bawah, lebar dan disekeliling danau ditumbuhi rimbunan pohon, curam,
sehingga bila ada orang yang jatuh ke dasar danau akan sangat sulit sekali
untuk bisa naik ke atas, karena memang sangat curam. Munkin karena bentuknya
yang curam tersebut sehingga orang yang melempar benda ke bawah seperti diserap
oleh rimbunan pohon d sekelilingnya. Tapi waktu kesempatan berikutnya gue
kesana ternyata waktu gue lempar batu, itu batu nyemplung kok ke air danau, meskipun
banyak juga yang gagal, munkin karena cara melemparnya yang kurang tepat, jadi
mitos tersebut berhasil gue patahkan.
Meskipun begitu, pemandangan dari
danau ini juga keren banget, menghadap ke Gunung Gamalama, pernah satu kali
kesempatan waktu kesana, puncak gunung sedang membara, apalagi saat itu sore
jelang maghrib, jadi nyala bara api d puncak gunung terlihat sangat jelas, jadi
pemandangan yang berbeda.
Perjalanan berikutnya kita akan
ketemu dengan Danau Ngade, danau ini bentuknya gak jauh beda dengan Danau
Tolire, lebar dan curam, tapi kalau kita berhasil jalan naik keatas yang ada
disisi danau, lalu melihat laut dari tepi danau paling atas, akan menjadi
pemandangan yang sangat menakjubkan.
Waktu gue mau jalan lagi balik ke
arah Kota, ada petunjuk arah menuju Makam Sultan Baabullah, dari gerbang itu
jalannya sekitar 4 KM, saat itu gue sama temen gue naik motor, penasaran pengen
d samperin, naiklah kita ke atas, dan gue nggak nyangka banget jalannya
menanjak terus, tinggi dan curam, agak serem juga gue, soale ini naik motor
matic, gue d bonceng dan yang bawa motor badannya jauh lebih berat dari gue,
gue ngebayangin pas lagi nanjak, motor nggak kuat nanjak, terjungkal dan badan
gue tertimpa motor dan badan temen gue #tutupmuka
Tapi Alhamdulillah hal itu tidak
terjadi, akhirnya gue berdua sampe juga d titik dimana motor hanya sampai
disitu, selanjutnya gue bingung dimana lokasi makamnya, karena disekelilingnya
hanya perumahan penduduk dan tidak ada tanda2 ada lokasi makam, tanya2 deh sama
penduduk sekitar, eh dikasih tau kalau lokasi makam-nya ada jauh d atas gunung,
harus jalan kaki untuk menuju kesana, penduduk yang gue tanyain agak heran
ngapain gue mau ke makam Sultan. #senyum #biarinaja
Berbekal petunjuk dari si
penduduk, gue berdua jalan kaki deh ke atas, dan sekali lagi diluar dugaan gue,
ini jalan kakinya bener2 nanjak curam melewati anak tangga, di tengah hutan,
yang kalo diukur munkin sekitar 2 KM jaraknya, sumpah capek banget, gak nyangka
bakalan seberat ini perjalanan, dah gt gak bawa minum pula, haussssssssssss
Waktu kita berangkat udah jam 3
lewat, udah sore, sepanjang jalan beberapa kali ketemu penduduk yang baru
kembali dari hutan untuk pulang, sambil nanya berapa jauh lagi untuk ke lokasi
makam dan d jawab gak jauh lagi kok, tapi kalo d bawa jalan ternyata masih jauh
banget, si penduduk munkin bilang gak jauh karena udah kebiasaan lewat situ,
jadi dia bisa ngukur jauh nggak nya, lah gue yang newbie.
Akhirnya sampailah gue di lokasi
Makam Sultan Baabullah, nama yang d abadikan sebagai nama Aiport di Ternate.
Melihat lokasi makam yang sangat tinggi d atas gunung, lokasi yang ada d tengah
hutan, jalan yang curam, jadi berfikir bagaimana mereka bisa membawa jenazah
sampai kesini. Ngos2an pasti, capek iya, haus? Gak usah d tanyain lagi, karena
hari sudah makin sore, takut kemalaman d tengah hutan dan sepertinya hanya kami
berdua yang ada d situ, daripada kesusahan d jalan, gak lama kemudian kami
turun lagi ke bawah sampe ke lokasi tadi parkir motor.
Meskipun melelahkan, namun
terbayar rasa penasarannya dan pemandangan sepanjang jalan juga ngeri2 sedap, d
tengah hutan yang sepi, bayangin deh kalo sampe kemalaman d situ, bisa jadi ada
suara lain d sebelah kita #haiii.
Lalu lanjut lagi gue mengelilingi
pulau Ternate, ada petunjuk Benteng Kastela atau Benteng Gam Lamo, waktu gue
cek pake google maps lokasinya itu gak jauh dari posisi gue berdiri, namun kok
gue nggak nemu itu benteng, disekitar situ hanya ada pemukiman penduduk dan
sebuah masjid, lama gue perhatiin akhirnya gue baru ngeh ngeliat papan penanda
Benteng Kastela dan ternyata benteng ini terletak persis d pinggir jalan,
letaknya bersebelahan dengan masjid dan rumah penduduk, segera gue samperin itu
benteng, bentuk bangunannya udah nggak utuh lagi, hanya sisa pondasi dan secuil
bangunan kecil yg gak jelas dulunya buat apa, waktu gue baca papan informasi
tentang benteng ini, sejarahnya ternyata sangat terkenal, karena ternyata d
benteng inilah Sultan Khairun dibunuh setelah diperdaya oleh Portugis, yang
membuat rakyat Ternate sangat marah, dan dengan pimpinan Sultan Baabullah,
Portugis berhasil diusir keluar dari Ternate, namun oleh Spanyol benteng ini d
hancurkan sebelum mereka meninggalkan Ternate.
Luas area benteng ini sangat
luas, namun perkembangan hingga sekarang luas benteng semakin menyusut karena
lokasinya sudah dipadati dengan bangunan penduduk dan untuk jalan raya juga.
Hanya sebentar aja gue disitu,
gue lanjut lagi berkendara menuju kota, sampai akhirnya gue nemuin Benteng
Kalamata, lokasinya sama kek Benteng Toluko yang menghadap ke laut, kalau
diliat dari atas, bentuk benteng ini sangat menarik, bentengnya sudah banyak
pemugaran, sudah tidak lagi ditemukan sisa bangunan, yang ada hanya pondasi
atau tembok luar sebagai penjagaan dari serangan musuh.
Lanjut lagi, udah d tengah kota,
deket kawasan pusat perekonomian, gue nemuin benteng Front Oranje, bentuknya
memanjang, karena waktu itu gue sampe sana udah sore, gue gak sempet eksplore
lebih jauh, hanya d pinggirnya saja.
Sampai ke titik awal gue memulai
perjalanan tadi, tapi sebelum sampai Masjid Raya, deket2 situ ada Pelabuhan
Laut A. Yani untuk mereka yang mau nyeberang antar pulau2 d Indonesia, sebelah
pelabuhan berderetan ada Taman Pantai Falajawa dan Taman Nukila, dimana d kedua
taman tersebut kalau lagi musim, banyak pedagang duren berjualan sepanjang
jalan, tapi mereka jualannya malam hari, karena kalau siang hari cuaca di
Ternate panas terikkkkk sama kek di Tobelo.
Di seberang Masjid Al Munawar banyak
orang berjualan batu akik, batu bacan dan sebagainya yang gue nggak ngerti,
namun sekarang kek nya udah gak se-heboh awal2 dulu yg menjual dan yang
membeli.
Selain tempat2 tersebut diatas,
katanya ada juga pohon cengkeh tertua di dunia yang berusia ratusan tahun,
namun lokasinya jauh d atas gunung dan untuk kesana harus ada pemandu biar
nggak tersesat, gue belum sampai kesana, munkin lain kali gue sempetin.
Gitu2 aja sih eksplorasi Pulau
Ternate, yah kalo d hitung2, keliling Pulau Ternate dengan tambahan waktu
singgah d lokasi2 tersebut paling 3-5 jam udah kelar kok, jadi menurut gue
cukup lah seharian eksplorasi Ternate.
Untuk wisata bawah lautnya
katanya ada juga yang bagus, tapi gue nggak terlalu minat, gue lebih memilih
ekplorasi bawah laut di Tobelo dan Morotai untuk itu, karena lebih sepi dan
lebih bersih plus lebih indah.
sangat membantu sekali mas blognya, saya rencana ada trip ke ternate - morotai dan tidore, menurut mas apakah bisa dilakukan 3hari 2malam ya? maklum buruh kantor cutinya mepet. haha.
BalasHapusRencana sih sehari di ternate, naik kapal malam ke morotai kemudian malam balik ke ternate lewat jalur darat halmahera.
Apa cukup ya mas?
Hai, Mas Alief
Hapusterima kasih sudah berkunjung di blog saya
untuk perjalanan 3 hari 2 malam, dengan tujuan 3 pulau tersebut seprtinya mepet sekali yah
tergantung mas-nya berangkat darimana, kalau tiba di ternate pagi, bisa langsung eskplore ternate dan tidore seharian, namun sangat melelahkan.
tidore pulaunya lebih teratur tata kota dan kawasan wisatanya namun sepi, tidak banyak aktifitas disana, entah apakah ada penyewaan kendaraan keliling atau tidak selama d Tidore, namun pemandangan pantainya menurut saya lebih indah daripada Ternate
Ternate dan Tidore perlu waktu 1-2 hari
naik kapal malam ke Morotai dari Ternate, sampai Morotai pagi, bisa langsung ke Pulau Dodola setengah hari, sisanya eksplore wisata sejarah perang dunia II di Morotai, lagi2 ini sangat melelahkan perjalanannya
besoknya terbang ke Jakarta dari Morotai lalu transit ganti pesawat dari Manado atau Ternate
jadi menurut saya 3 hari 2 malam kurang dan jadi seperti marathon trip
Wah trimakasih mas infonya, jadi sepertinya paling mepet itu 4 hari 3 malam ya mas. hehe. 2 hari di ternate dan tidore serta 2 hari di morotai ya.
HapusEmang rencananya sih dateng pagi banget pewasat dari ternate mas.
kalau untuk penyebrangan dari tobelo ke morotai mulai paling awal jam berapa ya mas? dan paling sore jam berapa ya?
Kalau malam untuk travel dari sofifi ke tobelo apakah juga ada mas? misal mau perjalanan darat ke morotainya gitu.
penyeberangan dari Tobelo ke Morotai bisa pakai speedboat jam 7 sampai jam 9 pagi, lama perjalanan sekitar 1 jam, stlh itu hampir tidak ada lagi karena makin siang ombak makin tinggi.
BalasHapusAtau dengan ferry hanya satu kali dalam sehari, dari pelabuhan Gorua dekat Tobelo, berangkat jam 10 pagi, lama perjalanan sekitar 3 jam.
travel dari Sofifi ke Tobelo ada sampai malam, selama masih ada penumpang pasti ada yg berangkat, cuma makin malam makin sepi