Melihat Bagan, Kota 1000 Pagoda di Myanmar Trip
.... Sambungan perjalanan dari
Yangon
Setiba di Terminal Bus Bagan,
hari masih gelap, kembali para supir taxi, angkot, delman datang berkerumun di
pintu keluar bis menyambut calon penumpang, ada beberapa orang dengan bahasa
inggris menawarkan jasa mengantar ke penginapan, namun sebelum memutuskan mana
yang mau gue ambil, gue bilang ke para calon klien gue itu, kalo gue mau beli
tiket bus balik ke Yangon, dan karena saat itu hanya satu kios yang buka,
akhirnya gue d giring ke loket tersebut yang kebetulan perusahaan bus yang
sama, gue tanya berapa tiket bus ke Yangon, dan dia bilang harganya 13.000
kyats dengan fasilitas yang sama, gue fikir murah juga nih, terus waktu gue
tanya ada gak bis yang model kursinya 2-1, tapi dia gak paham dengan yang gue maksud,
dia selalu bilang ini bus-nya bla bla bla gitu, okelah, karena kebetulan
service bus-nya bagus, gue langsung beli dua tiket untuk balik ke Yangon nanti
malam, dengan jam keberangkatan bus jam 8 malam, dan para calon penumpang bakal
d jemput di masing2 penginapan, siiippp .....
Tadinya gue mau coba perusahaan
bus yang lain, sesuai yang gue baca2 d internet, tapi karena masih pada tutup,
yaudah, gw skip aja.
Tiket bus Yangon-Bagan-Yangon
Akhirnya gue memutuskan naik
delman dari stasiun bus ke penginapan gue di Swhe Nadi, d daerah Yaung-U, gue
naik delman karena pertimbangan hanya dia satu2nya yang berani nawarin
transport pake bahasa inggris yg baik, yg lain agak ngebingungin, karena naik
delman, perjalanan tentunya lebih lambat daripada naik angkot, dan harganya
tentunya sedikit lebih mahal daripada angkot, karena daya muat angkot lebih
banyak daripada delman, sehingga shared cost-nya bisa lebih murah, gue naik
delman, bayar 8.000 kyats, kalo naik angkot bisa 1.000 – 2.000 kyats per orang
tapi kudu ada minimal jumlah orang yang datang, waktu itu sedikt banget yang
baru sampe stasiun, pasti agak lama menunggu jumlah minimum penumpang tercapai, itu salah satu pertimbangan gue
naik delman.
Di tengah jalan, kita d
berhentikan oleh petugas, karena setiap turis d minta untuk membayar tiket
masuk kota Bagan sebesar 25.000 kyats, tiket masuknya kita simpan untuk jaga2
kalau ada pemeriksaan tiket masuk saat memasuki pagoda. Waktu itu kusir delman
nawarin untuk memutar jalan agar terhindar dari membayar tiket masuk, dengan
kompensasi minta bayaran naik delman dilebihkan lagi, namun karena pertimbangan
gue nggak mau nakal dan untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, gue
memutuskan untuk tetap pada jalurnya dan gue bersedia untuk membayar tiket
masuk.
Selesai membayar, gak lama
kemudian tibalah kita di penginapan Swhe Nadi, total perjalanan naik delman
dari stasiun bus ke penginapan sekitar 20 menit, akan lebih cepat jika naik
angkot, tapi itu semua pilihan. Hari masih pagi, dan ternyata penginapan
tersebut sudah ramai dengan turis, baik yang baru datang atau mereka yang
hendak menikmati sunrise di salah satu pagoda yang direkomendasikan.
Gue berdua memilih untuk stay
sebentar di penginapan, karena memang melelahkan, masih ngantuk juga, meskipun
kamar memang belum tersedia untuk digunakan, namun kita boleh menggunakan kamar
mandi untuk bersih2 dan kita boleh menikmati breakfast dengan menu yang lengkap
dan enak. Gue memilih untuk breakfast dan bersih2 di hotel daripada melihat
sunrise di pagoda, karena pertimbangan melihat sunrise dari pagoda hanya
sekedar pilihan dalam perjalanan buat gue.
Setelah urusan bersih2 dan
breakfast sudah kelar, saatnya gue eksplorasi kota Bagan, gue sewa sepeda
elektrik, bukan sepeda manual yang di genjot, sepeda listrik ini atau e-bike,
powernya pake batere yang kalo habis bisa d charge ulang, mirip kinerja hape yg
kalo baterenya habis, kita mati gaya, dan gue memastikan batere udah d isi full
sehingga nanti nggak bikin repot d jalan kalau2 batere-nya habis, sewa e-bike
8.000 kyats seharian, lebih mahal daripada sepeda manual, tapi lebih praktis,
kita gak perlu susah payang mengayuh, dan gitu e-bike juga gak berisik macam
motor, suara super halus, malah gak ada suaranya kalo gw bilang,
mengoperasikannya juga mudah, tinggal tarik gas sedikit aja udah jalan tuh
e-bike.
Berbekal peta yang gue dapet di
airport Yangon dan peta yang ada d penginapan, gue telusuri tuh kota Bagan,
kota Bagan terdiri dari tiga wilayah utama, Yaung-U, itu wilayah yang terdapat
airport, terminal bus dan banyak penginapan murah, sementara yang lainnya ada
Old Bagan, lokasi dimana yang dikenal sebagai kota 1000 pagoda, karena sejauh
mata memandang yang nampak hanya pagoda dalam beragai ukuran dan berserakan,
dan yang satu lagi adalah New Bagan, sepertinya daerah yang baru dibentuk yang
d dominasi rumah penduduk dan penginapan.
Saking banyaknya pagoda yang ada,
gue harus bikin skala prioritas mana aja yang mau gue samperin pagoda2-nya,
terutama yang besar2 pasti gue samperin, semuanya berada dalam wilayah terbuka
yang jarang pohon dan panas terik. Yang paling dekat penginapan ada Swhe Zigon
Pagoda, pagodanya ini besar, luas dan ada semacam pintu gerbang dengan lorong
yang panjang, selesai dari situ ada beberapa lagi pagoda yang gue tengok, macam
Htilo Minlo Pagoda, Thatbyinnyu Pagoda, Mingalar Zedi, Ananda Temple, Bu Paya
Pagoda yang ada di tepi sungai Irawady, Dhammayangyi Pagoda sampe Swhe San Daw
Pagoda yang bisa d naikin sampe ke atasnya dan jadi tempat turis melihat
sunrise dan sunset. Nah saat gue kunjungan ke Swhe San Daw Pagoda ini, ada
petugas yang mengecek apakah turis sudah punya tiket masuk Bagan atau belum,
kalau seandainya belum punya, kita harus membeli tiket itu d sana, untungnya
gue sudah beli pas d gerbang tadi pagi dan tidak mengikuti rayuan kusir delman
yang mengajak menghindari jalan, gue gak perlu keluar biaya ekstra.
Swhe San Daw Pagoda
Selain pagoda2 tersebut d atas,
kita juga bisa melihat pagoda yang lain dalam berbagai ukuran dan semua warna
pagoda itu sama, karena memang terbuat dari bata merah, jadi semua berwarna
merah.
Gue merasa de ja vu ketika
menyasikan pemandangan pagoda2 di Old Bagan ini, karena bentuk rupa dan warna
pagoda yang sama pernah gue lihat juga waktu gue trip ke Ayutthaya di pinggiran
Bangkok, tapi yang di Ayutthaya dalam lokasi yang tidak seluas di Old Bagan
ini.
Pagoda di Bagan
Pagoda ( Wat ) di Ayutthaya
Kondisi pagoda di Old Bagan ini
kebanyakan tidak terurus, jadi kalau nggak salah tangkep cerita, wilayah ini ber-abad2
yang lalu memang sengaja d ciptakan untuk tempat beribadah penganut ajaran
Buddha, makanya banyak sekali ditemukan pagoda dalam berbagai ukuran, sayangnya
wilayah ini skrg tidak lagi d khususkan untuk tempat ibadah, munkin karena
sudah banyak tempat yang lain atau karena suatu hal, gak ngerti, pagoda2 tersebut
ditinggalkan begitu saja, tidak terurus, kusam, kotor bahkan ada beberapa yang
rusak, gak kebayang jauh masuk ke dalam wilayah yang gersang kita akan
menemukan banyak lagi pagoda2. Nggak tau bagaimana Buddhist memperlakukan tempat
ibadah mereka, karena sejatinya pagoda2 ini adalah rumah Tuhan, di tiap pagoda
pasti ada patung Buddha d dalamnya, namun kondisinya kotor dan rusak.
Kalau kita masuk ke dalam pagoda,
ada aturan yang harus d taati, kita harus melepas alas kaki bahkan sampai kaos
kaki tidak diperbolehkan untuk d gunakan saat masuk, tidak boleh bercelana
pendek, tidak ber-kaos ngatung, namun dengan segala aturan yang d buat tersebut
tidak serta merta menjadikan lingkungan pagoda menjadi bersih, aroma bau khas
rangkaian melati yang sudah tidak segar lagi, lantai pagoda yang kotor banyak
debu dan pasir membuat suasanya jadi kurang nyaman, bahkan untuk beribadah
sendiri pun gue rasa gak nyaman juga untuk ber-lama2, dan itu gue temukan d
semua pagoda yang gue datangi, termasuk Swhe Dagon Pagoda yang besar dan
terkenal di Yangon.
Dengan keadaannya yang unik ini,
entah kenapa kota Bagan tidak masuk dalam wilayah yang dilindungi oleh UNESCO
Heritage, padahal kalau masuk ke dalam wilayah yang d lindungi, gue rasa kondisi
pagoda yang ada di kota Bagan ini munkin akan bisa d rawat dengan lebih baik,
tidak seperti sekarang yang perawatannya sekedarnya saja, d maklumi sih, munkin
otoritas Bagan perlu biaya yang besar untuk merawat pagoda2 yang ada, sehingga
mereka perlu mencari alternatif biaya untuk bisa menutupi biaya perawatan
tersebut.
Gerbang Old Bagan
Cuaca saat itu panas terik,
bahkan gue rasa sangat panas banget, gue cepat sekali haus meski udah minum
ber-botol2 air mineral sampe minum air beraroma berharap bisa menghilangkan
rasa haus, tiap kali jalan sebentar, rasa haus segera datang, gue dehidrasi,
sampe hembusan nafas yang keluar dari hidung gue panas, sampe2 air mineral
dingin yang gue simpan d dalam tas ikutan selama perjalanan menjadi hangat
karena teriknya sinar matahri, kondisi kek gini gak boleh d biarkan, gue takut
drop, akhirnya gue istirahat sebentar d hotel, berharap kamar sudah tersedia,
saat itu pukul 11 siang, ternyata kamar belum tersedia, owner hotel nawarin
kamar yang ready dengan fasilitas yang lebih baik, namun dengan biaya tambahan,
gue tetap bergeming dengan pilihan kamar yang sudah gue booking dengan
konsekuensi boleh masuk d atas jam 12 siang, owner hotel tetap merayu gue dan
sekali lagi gue tetap bertahan karena gue bilang gue gak menginap tapi hanya
sekedar istirahat dan buat bersih2, karena jam 7 malam sudah check out untuk
kembali ke Yangon, entah karena gak tega atau emang hal lain, ketika tau gue
nggak menginap akhirnya si owner kasih kamar yang udah ready dan gak perlu
nambah biaya lagi, Alhmadulillah, baik banget.
Langsung gw rebahan d kamar,
nyalain hape, tercatat suhu udara d luar itu 40 derajat celcius, pantesan
panasnya minta ampun, rebahan sebentar, mandi untuk mendinginkan suhu badan,
istirahat tidur sebentar.
Sekitar jam 3 sore gue rencana
kembali mau keliling, terus mau lihat sunset di Swhe San Daw, namun hari
ternyata masih panas, mampir lah gue untuk makan siang di sebuah rumah makan,
ternyata makanannya enak dan gak terlalu mahal, gue pesen nasi pake chicken
curry, minumnya mix fruit juice, harganya sekitar 4.500 kyats, pelayannya anak
muda yang ramah dengan bahasa inggris yang baik, waktu gue bilang nggak makan
babi, dia bertanya kenapa gue nggak makan babi dan gue jelaskan karena aturan
agama gue yang melarang makan babi, dan dia juga menjelaskan sebagai penganut
Budhha dia nggak makan babi atau daging apapun, mereka cenderung vegetarian dan
ada beberapa hal yang sangat prinsip menurut ajaran agamanya sehingga mereka
nggak makan daging.
Selesai makan, karena hari juga
udah mulai jam 4 lewat, gue coba muter sekali lagi keliling Bagan, kali ini
muter gue semakin jauh ke New Bagan dan juga ke pedalaman Old Bagan sampe2 ke
tepi sungai Irawady yang lebar dan bersih. Sekitar Jam 5:30 gue sampe
penginapan lagi, istirahat sebentar, beres2 packing karena mau check out, mandi
dan jam 7 malam udah ready, bis penjemput sudah datang siap membawa ke setasiun
bus dan beberapakali berhenti di beberapa penginapan menjemput calon penumpang
yang lain.
Jam 7:30 malam sudah tiba d
setasiun bus, jam 8 malam berangkatlah bus menuju Yangon untuk perjalanan
selama 9 jam. Seperti perjalanan kemarin, sekitar jam 10-11 malam bus berhenti
di rest area, semua penumpang harus turun, di kasih sikat gigi, odol kecil dan
tissue basah untuk bersih2. Selesai, lanjut lagi perjalanan.
Bus tiba di Terminal Aung
Mingalar Yangon jam 5 subuh, para supir taxi kembali berburu calon penumpang,
ada supir taxi masih muda gue tanya ke airport berapa, dia bilang 5.000 kyats
per orang, gue tawar nggak mau karena katanya itu harga normal, gue bersikukuh
bisa lebih murah tapi dia nggak mau, beralih ke sopir yang lain bapak2 lebih
tua, dia nawarin 3.000 kyats per orang, karena mnrt gue harganya wajar, gue
mau, dan gue berdua duduk d dalam taxi, supir taxi bilang 1 or 2 person oke ya,
gue bingung apa maksudnya, supir taxi ngeloyor aja lagi nggak tau kemana,
sekitar 10 menit kemudian datanglah dia membawa dua calon penumpang yang lain
masuk ke dalam mobil, barengan sama gue berdua, total jadi 4 penumpang, jadi
rupanya taxi d sana situasinya kek gt, shared cost, dan itu gue perhatiin d
hampir semua taxi, ada beberapa penumpang d dalam taxi yang masih menunggu
karena kuota penumpangnya belum penuh, oke lah, perajalanan lancar, lumayan
jauh sih meski nggak sejauh perjalanan dari terminal bus ke kota, kira2 setengah
jam udah sampe airport.
contoh model taxi
Singkat cerita, Minggu, tanggal 8 Mei 2016, jam 8:30 pagi gue
take off ke Kuala Lumpur, sampe KL pukul 13:00, langsung gue check in di Lion
untuk penerbangan jam 15:30 ke Jakarta, Alhamdulillah Lion nggak delay, karena
kalau delay bisa gawat, waktu tersisa buat persiapan terbang lagi bisa mepet,
apalagi kondisi jakarta sore hari pas longwiken berakhir gue ngebayangin bakal
ada kepadatan di airport. Jam 17:00 tiba di Soetta, segera gue keluar cari
transport pulang ke rumah gue di Pamulang, jam 11 malam gue balik lagi ke
airport untuk terbang ke Manado jam 2 pagi, rasa capek dan ngantuk jadi satu,
tapi gue seneng, perjalanan lancar. Perjalanan berakhir.
Alhamdulillah .......
Komentar
Posting Komentar