Wisata Horror di Cambodia
sambungan dari Vietnam
Jam 1.30 siang siap berankat dng bus
selama 6 jam perjalanan menuju Phnom Penh (PP) dengan tiket seharga 261.000
vnd, sampai di PP pukul 20.30 malam. Malam itu Kami di turunkan di sebuah
stasiun bus temporer, gw bilang temporer karena bus berhenti di pinggir jalan
dan gw merasa itu memang bukan terminal bus, sesaat gw turun dari bus, mulailah
para sopir tuk-tuk datang menyambut rejekinya, dan karena saat itu memang sudah
gelap, dan gw baru pertama kali ke Phonm Penh, akhirnya gw terima aja tawaran
supir tuk-tuk tersebut untuk mengantar ke hotel gw menginap, kena 3 USD, dan
gak taunya itu hotel deket banget sama tempat tadi gw turun dari bus, yaudah
gpp deh bayar kemahalan, yang penting udah sampe di Kha Vi guesthouse dengan
harga kamar per malam seharga Rp. 50.000 untuk 3 malam. Setelah gw check in,
supir tuk-tuk nawarin gw utk pake jasa dia keliling wisata PP, dia menyebutkan
sebuah harga, dan untungnya gw udah browsing kalo utk paket lokasi2 ke beberapa
tujuan tersebut jangan lebih dari 15 USD, sempet juga nego2 alot, Alhamdulillah
bisa sepakat di harga 14 USD utk ke lokasi Chong Ex Killing Field, Tuol Sleng
Genocide Museum dan Russian Market, dan gw merelakan harga segitu karena memang
lokasinya agak jauh, transport susah dah bahasa juga jadi kendala, ibarat
Jakarta itu dari lebak bulus ke taman mini, lalu ke monas, ke pasar minggu lalu
balik lagi ke ciputat.
Yang menarik saat melewati perbatasan
antara Vietnam dan Kamboja, ketika sampai di perbatasan Vietnam, semua
penumpang turun dari bus, lalu berbaris masuk ke imigrasi untuk di stempel
paspor kita masing2 yang menandakan kita diizinkan keluar dari Vietnam, lalu
ada jalan antara Vietnam dan Kamboja, sesampai di Imigrasi Kamboja kita kembali
masuk berbaris untuk di stempel masuk paspor kita, setelahnya bus sudah
menunggu di ujung parkir dan siap melanjutkan perjalanan.
Antara Vietnam dan Cambodia dengan
latar belakang imigrasi Vietnam
Di Chong Ex Killing Field ini, di masanya pernah menjadi lokasi pembantaian manusia terbesar dan terkejam oleh rezim Pol Pot, ketika kita masuk dan membayar tiket, kita akan diberikan semacam audio pendukung untuk memandu kita memahami tiap titik lokasi yang kita kunjungi. Di tiap titik lokasi, akan diceritakan atau dijelaskan tentang apa yang terjadi disini, atau tempat apa di titik lokasi ini dsb dsb.
jadi sedikit gw certain, Rezim Pol Pot itu pengen rakyat Kamboja mandiri secara pangan, mereka membenci Barat, terutama Amerika Serikat, jadi rezim ini memaksa rakyat Kamboja untuk menjadi petani, mereka harus bekerja di bidang pertanian, maka terjadilah arus perpindahan penduduk secara paksa antar kota seluruh kamboja, mereka dipaksa berpisah dengan anggota keluarga masing2 untuk ditempatkan sesuai keinginan rezim Pol Pot, adapun mereka yang dianggap pintar atau berkiblat ke barat, akan “disingkirkan”, kata yang halus untuk menyebut di bunuh.
sebagai contoh, mereka yang
berkacamata, entah karena masalah kebutaan atau gangguan pada mata, baik tua
maupun muda, lelaki atau perempuan, akan d singkirkan, caranya mereka akan
dibawa ke suatu tempat, dikumpulkan, lalu akan dipilih yang kira2 menyusahkan
akan langsung d singkirkan, jika masih bisa di manfaatkan, akan dimanfaatkan
terlebih dahulu, cara menyingkirkannya adalah mereka akan langsung d bunuh
dengan cara di tembak, namun karena alasan menghemat peluru, mereka menggunakan
batang pohon palem yang pinggirnya berduri tajam untuk menggorok leher, atau
dengan cara yang lebih kejam yaitu dengan cara dipukuli pakai bamboo sampai mati
hhhhhh ……. Itu salahsatu kekejaman rezim Pol Pot. Ada lagi foto berupa kebun
kosong, tau nggak tempat itu untuk apa? dulunya disitu adalah sebuah lapangan
tempat mereka yang dibawa kesitu harus melakukan kerja paksa sampai mati …………..
Foto2 ini akan menggambarkan bagaimana aktivitas yang terjadi di lokasi
tersebut.
Contoh
papan petunjuk yang menjelaskan lokasi yang ada di titik tersebut, baca sendiri
dan bayangkan kengeriannya pada saat itu.
Batang
pohon palem untuk senjata menggorok leher korban yang tidak bersalah.
Contoh foto berikutnya adalah kita
diperlihatkan kuburan massal manusia yang sudah tidak ada kepalanya, kuburan
massal wanita dan anak2 dan sebagian besar dari mereka ditemukan dalam keadaan
telanjang bulat, disebelah kuburan massal tersebut ada satu pohon tempat
dilakukannya eksekusi terhadap bayi dan anak kecil, gw gak foto cara mereka
eksekusi tapi gw bisa certain, jadi untuk anak kecil dan bayi, mereka d bunuh
dengan cara di hantamkan kepalanya ke batang pohon besar tersebut di hadapan
ibu mereka, entah langsung meninggal atau belum, langsung di buang ke lubang
kuburan massal tersebut.
Contoh sisa pakaian yang tersisa saat
korban diangkat dari kuburan masal, ada gigi yang tertinggal
Pohon tempat eksekusi bayi dan anak
kecil, saat di eksekusi disaksikan langsung oleh orang tua mereka, setelah
anak2, barulah para wanita “giliran” berikutnya ( ada fotonya, tapi gw gak tega
liatnya )
Contoh sisa tulang belulang yang
tercecer dari proses evakuasi yang ditemukan disekitar kuburan masal
Seluruh korban yang sudah dimasukan
ke dalam lubang, entah sudah meninggal atau masih hidup, lalu akan disiram
dengan cairan kimia untuk menghilangkan bau menyengat dari darah atau
membusuknya jenazah, selain itu ada foto memperlihatkan pohon besar untuk
menggantung pengeras suara, pengeras suara tersebut digunakan untuk
mendengarkan lagu2 dengan suara yang sangat keras untuk meredam raungan dan
teriakan kesakitan para korban ketka disiksa, dengan menggunakan audio pemandu,
kita juga diperdengarkan salahsatu lagu tersebut (sambil bayangin gimana
suasana kengerian saat itu) dan testimony salahsatu korban yang selamat dari
lokasi pembantaian.
Lokasi kebun tempat para korban
dipaksa bekerja keras sampai mati
Titik2 lubang kuburan masal yang
sempat digali dan foto dokumentasi saat penggalian
Hhhhhhh…… hanya kesunyian, kebisuan
dan raut muka sedih ketika mengelilingi lokasi Chong Ex ini, kita tidak bisa
berkata apa2 selain hanya bisa berdiam.
Selepas dari Chong Ex, terus gw ke
tempat yang lebih menyeramkan lagi, Tuol Sleng Genocide Museum, lokasinya
berada ditengah perkampungan padat, karena sebelumnya ini adalah kompleks
sekolah yang terdiri dari beberapa gedung bertingkat yang kemudian dijadikan
sebagai Penjara S.21 oleh rezim Pol Pot. Di dalam kompleks penjara ini, kita
akan temui ruang2 kelas yang kemudian disekat2 lagi ke dalam beberapa bilik
kecil dan sempit yang harus memuat banyak orang, sehingga ada beberapa bilik
yang ketika beberapa orang masuk ke dalamnya hanya bisa berdiri sepanjang hari
karena begitu sempitnya, dari beberapa gedung tersebut juga akan dipisah
bagian2 penjara untuk para korban sesuai tingkat kesalahan menurut mereka. Mereka
yang ditahan disitu harus tinggal di bilik2 sempit yang berisi bisa sampai 10
orang untuk satu bilik tersebut entah sampai kapan, tapi yang jelas mereka
harus menghadapi siksaan setiap hari sampai pihak rezim merasa sudah selesai
proses pemeriksaannya dan mereka ditahan tanpa tahu apa kesalahan mereka. Di
dalam kompleks penjara ini, kita akan menemukan bukti2 kejahatan rezim Pol Pot,
berupa alat2 penyiksaan yang terdiri dari bermacam bentuk, metode atau cara2
penyiksaan dan juga ratusan atau ribuan foto2 wajah mereka yang mendekam dalam
penjara tersebut lengkap laki, perempuan, tua dan muda bahkan foto anak2
sendiri juga banyak terpampang dengan aneka bentuk ekpsresi mereka saat d foto,
satu yang pasti saat mereka d foto, mereka harus melalui proses “interview”
oleh para eksekutor.
Pintu
Gerbang Tuol Sleng Genocide Museum
Ruang kelas yang sudah di sekat
menjadi bilik2 kecil yang berisi 5-10 orang tiap bilik
Selain itu kita juga dapat membaca
hasil interview para eksekutor ketika mereka berhasil ditangkap dan diproses
pengadilan dan para korban yang berhasil diselamatkan, akan semakin berasa
banget kengerian suasana yang terjadi saat itu, satu contoh cerita yang masih
inget banget gw sampe sekarang, adalah ketika salah satu korban yang berhasil
dibebaskan menceritakan ketika saat itu dikumpulkan semua pelukis, dan mereka
diminta oleh pihak rezim untuk bisa melukis wajah Saudara Besar, panggilan
untuk Pol Pot, dan harus sama atau sesuai keinginan rezim, satu persatu diminta
untuk melukis wajah Pol Pot, hukamannya jika mereka tidak bisa melukis dengan
benar adalah dibawa ke tempat lain, kabarnya mereka yang dibawa itu ternyata
dibawa ke Chong Eux untuk di eksekusi.
Sebagian wajah-wajah mereka yang
menjadi korban, semuanya, tua muda, lelaki perempuan bahkan anak kecil pun
menjadi korban, perhatikan raut wajah ketakutan mereka ketika d foto, bayangkan
kesedihan mereka saat itu
Contoh foto berikut menggambarkan
bagaimana cara mereka disiksa, yaitu mereka digantung tapi secara terbalik kaki
d atas, kepala d bawah, setelah itu mereka d bawa ke sebuah guci besar, kepala
mereka d benamkan ke dalam air beberapa saat dipaksa untuk mau mengakui
kesalahan yang tidak mereka perbuat. Adalagi contoh peraturan yang harus
dipatuhi para penghuni penjara, salah satu peraturannya adalah : ketika mereka
disetrum dengan listrik, mereka tidak boleh menangis, bila menangis maka
steruman akan semakin kuat dan begitu seterusnya.
Contoh ruang penyiksaan, foto d
dinding adalah foto dari korban terakhir sblm d bebaskan
Coba deh baca peraturan di dalam
penjara Tuol Sleng ini …… sadizzzzzzzzzzzzzzz ……….
Contoh penyiksaan di luar ruangan
Adalagi satu cerita korban yang
ternyata dia dijebak, korban ini mempunyai keahlian menjahit, dan oleh pihak
rezim ternyata kemampuannya diperlukan, karena ketidaktahuan dan
ketidakmengertiannya, ternyata dibawa ke penjara tersebut karena dianggap mempunyai
kemampuan yang pintar yang dapat membahayakan Negara. Jadi seperti yang udah gw
tulis sebelumnya, karena rezim Pol Pot ingin rakyat Kamboja mandiri secara
pangan dan menjadi Negara agraris, semua rakyatnya dipaksa untuk menjadi
petani, mereka yang tidak mampu dan tidak punya keahlian harus dipaksa menjadi
petani, mereka yang d anggap mempunyai keahlian lain dan dianggap memihak ke
Barat, terutama Amerika, harus di singkirkan apapun keahlian yang mereka
miliki, entah itu dokter, penyanyi atau actor/pemain film. Mereka semua dibawa
ke penjara Tuol Sleng ini, tiap hari mereka harus melalui proses interview dan
penyiksaan untuk mengakui bahwa mereka antek2 amerika karena kemampuan yang
mereka miliki, jika sudah dianggap selesai proses pemeriksaannya dan sudah
tidak digunakan lagi, mereka akan dikirim ke Chong Eux untuk di eksekusi atau
mati di lokasi penyiksaan di Tuol Sleng kalau memang tidak kuat.
Makin lemes aja gw setelah
mengunjungi dan melihat kedua tempat tersebut. Setelah selesai dari situ, gw d
ajak ke Russian Market, kenapa disebut demikian? Karena katanya desain pasar
tersebut dibuat oleh arsitektur Russia dan masih bertahan sampe sekarang,
bentuk pasarnya cukup besar dan luas, mirip dengan PD Pasar Jaya tahun 80-an,
dengan penataan kios dan barang dagangan gitu2 aja, dan karena luas serta tidak
tertata peruntukkannya dengan teratur, jadi kita bisa sembarang aja cari
souvenir entah itu kaos2 atau cendera mata berupa magnet atau key chain,
harganya juga cukup terjangkau dan bahkan gw dapet beberapa kaos yang bagus
kualitasnya dengan harga yang sangat murah, tentunya dengan tawar menawar yang
alot juga hahahaha.
Setelah itu gw balik dulu ke hotel
untuk istirahat sebentar, makan siang, shalat dan mandi, setelah semuanya
selesai, sekitar Jam 2-3 siang lanjut perjalanan ke Royal Palace, kawasan
istana kerajaan Kamboja, tiket masuk 6.5 USD, lanjut ke Silver Pagoda dan Khmer
Museum tiket masuk 3 USD, lokasinya gak terlalu jauh dari hotel gw menginap,
jalan kaki paling hanya sekitar 10-15 menit sampai, secara bentuk aristektur
bangunan mirip dengan yang ada di Thailand, namun di Kamboja ini jauh lebih
simple dan terkesan sederhana, sempat masuk ke beberapa ruangan yang
diperbolehkan masuk, banyak barang2 yang kusam yang kurang terawat.
Gerbang Istana Raja Cambodia
Bangunan-bangunan di dalam kompleks
Istana Raja Cambodia
Selepas dari situ lanjut keliling
kawasan istana menyusuri tepi sungai Mekong yang luas namun bersih, banyak
aktivitas di taman2 yang asri dan luas di sekitar istana, pedestrian yang
nyaman sehingga menjadi daya tarik sendiri.
Museum Nasional Cambodia
Taman yang asri d depan Istana Raja
Melihat
pemandangan sungai Mekong yang lebar, meski berwarna coklat, namun bersih
Monk atau Pendeta Buddha akan sangat
banyak ditemui disini
Selepas maghrib, sesudah mandi,
rencananya gw mau jalan2 ke alun2 yang letaknya juga nggak jauh dari hotel gw
menginap, hanya berjalan kaki sebentar saja sudah sampai, apalagi ini jumat
malam, ramai orang berkeliaran. Oh iya, jadi kompleks penginapan yg gw tempat
ini berada di sebuah lorong yang dipisahkan oleh jalan yang muat mobil dua arah
namun sempit, lebih banyak terisi tuk-tuk yang parkir, semacam delman tapi
depannya motor, lebih cocok disebut gank. Penginapan terdiri dari jejeran ruko
yang dimodifikasi menjadi penginapan, diselingi beberapa rumah penduduk dan
rumah makan, Saat itu sekitar jam 6-an, gw habis shalat maghrib, gw hanya baru
beberapa meter dari penginapan gw, dan secara tiba2 dua rumah d sebelah penginapan
gw orang2 berteriak dan gw melihat ada kepulan asap tebal menyelimuti rumah
tersebut dengan cepat dan api segera menyala dengan terang, karena kebetulan
matahari juga baru terbenam, langsung saja suasana menjadi panic, kacau balau,
orang2 berlairan, berteriak2 sambil menyeleamatkan diri ke penginapan masing2,
tadinya gw sempet bengong sebentar dan baru menyadari keadaan kacau beberapa
lama kemudian, gw langsung teringat kalo penginapan gw gak jauh dari lokasi
kebakaran, untungnya kamar gw berada di lantai dasar, jadi dengan mudah gw
masuk ke kamar gw, namun sialnya, aliran listrik langsung padam seketika,
keadaan menjadi gelap gulita, gw gak bisa melihat sekeliling, sambil
meraba-raba gw mencari tas kecil gw berisi semua dokumen perjalanan gw, hanya
itu yang langsung teringat dalam benak gw, dan Alhamdulillah gw berhasil
membawa keluar tas kecil gw tanpa sempet membawa semua pakaian dan barang
bawaan gw, gw berfikir, ya sudah kalau memang harus hilang terbakar semua
disitu ya gw harus rela yang penting dokumen dan duit gw jangan sampe hilang
karena gw bakalan makin susah. Api makin membesar, satu blok sebelah rumah gw
sudah dibasahi dengan semprotan air dari pemadam untuk menghindari rembetan
api, beberapa turis hanya bisa menatap ke hotel yang blm sempat mereka
selamatkan barang2nya, sambil melihat kobaran api, gw terus berdoa semoga api
lekas mengecil dan padam, Alhamdulillah api akhirnya bisa d padamkan setelah
dua jam berkutat, Alhamdulillah hanya satu blok rumah itu saja yang terbakar,
setelah listrik dinyalakan kembali dan d nyatakan aman, gw kembali masuk ke
kamar, merebahkan diri, sambil memeriksa apakah ada barang yang hilang karena
saat itu gelap gulita waktu gw tinggalin dan gak sempet tutup pintu karena
saking paniknya. Gagal sudah jalan2 ke alun2nya karena kondisi sudah lelah
secara fisik dan psikis. Akirnya gw Cuma bisa istirahat aja d kamar. Gw tidak
ada foto suasana kebakaran ini karena spt yg udah gw jelasin, kondisi kalang
kabut dan gw hanya membawa dokumen aja, kamera, hape semua ada d kamar.
Kejadian malam itu entah kenapa berlangsung
cepat, suasana penginapan tiba2 sepi, gw ke lobby depan udah gak ada
resepsionist, gw mau pesen snack atau minuman juga gak ada orangnya, entah pada
kemana, padahal baru jam 11 malam, gw merasa tiba2 suasana penginapan jadi
sepi, mungkin udah pada istirahat di kamar masing2. Sambil membereskan pakaian
yang masih berserakan untuk dibungkus lagi ke koper, sambil chek buat
perjalanan besok hari, sambil terus memikirkan aktifitas seharian apa aja yg
sudah gw lakukan, entah kenapa tiba2 gw merasa kamar gw serem banget, karena gw
teringat seharian gw nginjek2 kuburan korban pembantaian, gw seharian
mengamati, menatap lekat semua bukti2 kekejaman dan pembantaian, membayangkan
kesakitan para korban, gw merasa seperti arwah para korban masih nyangkut d
badan gw dan skrg pada kumpul d kamar gw, saking seremnya keadaan, gw sampe
nyalain semua lampu kamar, gw coba tidur sambil setel murotal Al Quran tetep
aja gak bisa merem, gw setel music tetep juga gak merem, gw setel tipi tapi
lagu2nya dan video klipnya ngingetin gw akan lokasi kejadian pembantaian, saking
seremnya lagi, gw ke kamar mandi aja gak berani di tutup tuh pintu kamar mandi,
kebayang kek film2 horror gitu tiba2 pintu terkunci sendiri dan gw gak bisa
keluar, aaaaaaaaaaaa……………. sumpahhhhhhh gw gak bisa tidur malam itu, dan yang
menyebalkan lagi waktu terasa berjalan lambatttttt bangettttttt, gw pengen
segera matahari terbit dan semua kegiatan normal lagi.
Hari ke-10, Sabtu,
16 Juni 2012, terus terang gw gak bisa tidur semalaman, sampe akhirnya gw shalat
subuh karena sudah waktunya dan baru gw lihat aktivitas para pegawai penginapan
sudah mulai bertugas, gw langsung aja nongkrong di meja makan minta d buatin
sarapan pagi lebih awal karena gw mau check out pagi hari, gw legaaaaaa banget
karena udah pagi dan udah terang, setelah semua urusan check out selesai, jam
10 pagi, siap menuju ke airport dengan tuktuk seharga 6 USD, utk terbang dengan
jetstar tujuan Jakarta dengan transit di singapura seharga 191 USD, tiba di singapura
pukul 4 sore untuk transit sehari. Tadinya ada pilihan mau transit di bangkok
atau Singapore, tapi dengan waktu transit sekitar lebih dari 12 jam, namun
lebih banyak waktu malam utk tidur, jadi secara efektif gw pilih yg transit di
Singapore aja.
Sialnya ternyata bagasi gw dianggap
kelebihan beban, padahal gw perhatiin kenapa yang lain nggak d cek, hanya gw
yang d cek, dengan perasaan sangat sebel dan kesel gw manyun aja d depan meja
check in karena gw kudu bayar kelebihan bagasi yg mahal banget.
Sejak dari saat take off ke
Singapore, tiba2 aja perasaan serem gw langsung ilang, gw merasa arwah para
korban tetep tinggal d sana aja dan gak perlu ngikutin gw terus, gw
legaaaaaaaaaaaa banget.
Selama d Singapore gak banyak yang gw
lakukan, karena udah beberapakali ke sini dan emang gak ada rencana eksplore
tempat, gw titip bagasi di penitipan bagasi di airport lalu gw keliling sing
aja gak jelas sampe kudu balik lagi ke airport utk menginap d sana karena
penerbangan gw besok paginya pagi aja dan utk antisipasi ada keribetan waktu gw
mau terbang ke sing dari Phnom Penh.
Overall selama berkunjung ke Kamboja,
menurut gw sih agak menyebalkan, menyebalkannya adalah, mata uang mereka itu
Riil, namun mereka dengan senang hati dan suka menetapkan suatu harga dengan
mata uang USD, padahal kalau di konversi ke rupiah, selisih harga dengan dua
mata uang tersebut sangat besar, gw terpaksa mengikuti pengaturan harga d sana
karena mereka menganggap gw turis, padahal kalo diliat sepintas, muka2 orang
Indonesia gak jauh beda sama orang kamboja, tapi jelasssss tetep cakepan dan
lebih modern orang Indonesia, comparenya adalah Jakarta vs Phonm Penh,
contohnya aja jika kita membeli suatu barang pake USD, mereka suka
mengembalikan dengan mata uang Riil mereka dan kadang suka gak sesuai dng
konversi, bikin dongkol, padahal sih klo diperhatikan suasana d sana itu kek
kota macam Bogor atau Cianjur, tapi ya mereka berhasil memasarkan wisata mereka
ke penjuru dunia.
Penginapan gue saat di Phnom Penh
Tuk-tuk yang mengantar gue keliling Phnom Penh
Kndi .... itu kebakaran syerem banged. Jg issue loe gak bisa tidur, gw inget di blog lain tp cerita dr HCMC - pulang dari terowongan Cu Chi, yg kesurupan. jd keder ah mau ke tempat killing fields.
BalasHapuseh gak usah keder, justru malah bikin penasaran menurut gue, ya pengalaman gue atau orang lain yang merasakan kan beda2, mungkin saat itu gue kebagian dapet pengalaman yang nyeremin hehehehe ...
Hapus